Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Bogor Bima Arya meresmikan Jalan RM Tirto Adhi Soerjo di dekat Gelanggang Olahraga dan Kantor Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI Kota Bogor di kawasan Tanah Sareal, Kota Bogor, Rabu, 10 November 2021. Sebelumnya jalan tersebut bernama Jalan Kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kota Bogor hari ini bangga. Karena orang besar republik ini diabadikan menjadi nama jalan di pusat Kota Bogor," kata Bima dalam peresmian jalan itu kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tirto Adhi Soerjo merupakan sosok yang telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional dari kalangan insan pers.
Bima Arya ingin anak-anak muda bisa belajar tentang jurnalisme kritis, tentang idealisme seorang wartawan, tentang kebangsaan dari RM Tirto Adhi Soerjo.
"Dan kita akan kembangkan bersama-sama,” ujar Bima Arya.
Bima Arya mengatakan, Indonesia memiliki banyak orang-orang besar yang pemikiran dan peninggalannya sangat berpengaruh, namun terlupakan.
“Karena keterbatasan catatan sejarah, atau karena politik dari rezim yang berkuasa, menjadi tidak terlalu dikenal dan minim pengetahuan bagi generasi muda,” jelas Bima Arya.
Dari sejarah yang Bima Arya baca dan dengar, RM Tirto Adhi Soerjo adalah sosok besar yang hebat, meninggalkan banyak sekali warisan berharga yang menentukan bagi perjalanan bangsa Indonesia.
“RM Tirto Adhi Soerjo bisa dikatakan sebagai sosok yang paling awal berpikir dan membayangkan tentang Indonesia," katanya.
RM Tirto Adhi Soerjo, ungkapnya, adalah pendiri dari Sarekat Priyayi, pendiri Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi cikal bakal Sarekat Islam. Organisasi ini menjadi cikal bakal gerakan nasionalisme yang melahirkan tidak saja tokoh-tokoh nasionalis, tapi juga tokoh-tokoh gerakan Islam pada masa-masa perjuangan mendirikan Indonesia.
Pahlawan nasional yang dimakamkan di TPU Blender, Tanah Sareal, Kota Bogor ini juga dikenal sebagai jurnalis yang sangat kritis dan selalu membela kepentingan warga pribumi ketika zaman penjajahan.
Ketika RM Tirto Adhi Soerjo wafat pada 1918, kata Bima, Bung Karno masih muda belia, berusia 17 tahun.
“Jadi tidak salah kalau banyak sejarawan yang bahkan menempatkan RM Tirto Adhi Soerjo sebagai cikal bakal, sebagai pendahulu, sebagai orang yang memulai gerakan-gerakan kemerdekaan Indonesia,” kata Bima.