Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Demokrat Akhirnya Capreskan Anies Baswedan, Ahli: Langkah Maju Dibandingkan PKS

Keputusan Partai Demokrat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden membuat layar Koalisi Perubahan mulai terkembang.

27 Januari 2023 | 09.34 WIB

Anies Baswedan berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan iIstrinya, Annisa Pohan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat, 7 Oktober 2022. Kedatangan Anies ke Kantor DPP Partai Demokrat dilakukan untuk bersafari politik menjelang Pemilu 2024. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Anies Baswedan berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan iIstrinya, Annisa Pohan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat, 7 Oktober 2022. Kedatangan Anies ke Kantor DPP Partai Demokrat dilakukan untuk bersafari politik menjelang Pemilu 2024. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Analis komunikasi politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting menilai, keputusan Partai Demokrat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (Capres) pada Kamis 26 Januari 2023 membuat layar Koalisi Perubahan mulai terkembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ginting mengatakan, sebelumnya, perahu Koalisi Perubahan belum bergerak dan terus bersandar di bibir pantai. Padahal, Partai Nasdem telah menjadi penjuru pada Oktober 2022 dengan menyodorkan Anies Baswedan sebagai nakhoda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sebelumnya layar perahu Koalisi Perubahan masih kuncup. Kini dengan deklarasi yang dilakukan Partai Demokrat, layar politik mulai terkembang. Dan akan semakin berkembang, jika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) segera melakukan deklarasi dalam waktu dekat,” kata Ginting dalam keterangan, Jumat, 27 Januari 2023.

Menurut Ginting, deklarasi bakal calon presiden yang dilakukan Demokrat sekaligus kredit poin penting bagi Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk bisa dipilih menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres).

Ia menilai Demokrat maju selangkah dibandingkan PKS. Dirinya menilai, peluang AHY semakin terbuka daripada mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) yang semula akan disorongkan PKS mendampingi Anies Baswedan.

“Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa menjadi king maker dalam keputusan politik yang tidak mudah ini. Pelan-pelan Koalisi Perubahan bisa keluar dari kemelut persoalan siapa yang nantinya akan diusung menjadi cawapres mendampingi Anies Baswedan,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu.

Ia menjelaskan, terbentuknya koalisi mana pun mesti disambut dengan gembira, karena menandakan iklim politik di Tanah Air berjalan sesuai rencana. Artinya, pemilu 2024 semakin dekat setelah sebelumnya kehidupan politik dihujani ketidakpastian dengan adanya rumors penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden, termasuk soal jabatan presiden tiga periode.

“Setelah diliputi ketidakpastian selama sekitar empat bulan, kini Koalisi Perubahan yang terdiri dari Nasdem, Demokrat, dan PKS mulai terlihat bagai cahaya di ujung lorong. Tampilnya Koalisi Perubahan sekaligus menepis hanya akan ada dua poros yang saling berhadapan seperti Pemilu 2019 lalu,” ujar Ketua bidang Politik, Pusat Studi Literasi Komunikasi Politik Unas.

Dirinya menilai, kontestasi Pemilu 2014 akan lebih menarik dan sangat ketat jika menghasilkan tiga hingga empat poros politik atau koalisi politik. Kondisi ini akan memberikan pilihan politik kepada masyarakat untuk mencari yang terbaik dari poros yang kemungkinan akan terbantuk. "Iklim politik yang baik ini, sekaligus untuk menghindari polarisasi politik yang tidak sehat," terang Ginting.

Menurut Ginting, sambil menunggu deklarasi dari PKS, maka koalisi ini sudah bisa segera membentuk sekretariat bersama (sekber), seperti presidium. Hal ini, karena posisi ketiga partai politik tersebut dalam Pemilu 2019 lalu, perolehan suara maupun kursinya di parlemen, hampir sama.

Gerindra dan PKB bentuk sekber

Kemudian, Gerindra dan PKB sudah membentuk sekber terlebih dahulu dengan bakal Capresnya Prabowo Subianto. Sehingga komunikasi politik sudah bisa dibangun Koalisi Perubahan maupun Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dalam format kandidasi politik untuk mencari kandidat bakal Cawapres yang bisa disetujui anggota koalisi masing-masing.

“Nasdem meraih sekitar sembilan persen dengan perolehan 59 kursi, PKS meraih 8,2 persen dengan perolehan 50 kursi, dan Demokrat meraih sekitar 7,8 persen dengan perolehan 54 kursi. Rumitnya adalah, siapa ketua kelasnya,” kata Ginting.

Hal ini, mengingat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai icon Demokrat, pernah menjadi presiden selama dua periode. Kemudian Surya Paloh adalah politikus kawakan yang berhasil membawa Nasdem masuk dalam urutan keempat pemenang pemilu 2019 lalu. Padahal baru dia kali Nasdem mengikuti kontestasi pemilu. Sementara PKS pada pemilu 1999 hanya memperoleh 1,36 persen, kini sudah meraih lebih dari delapan persen.

“Tidak ada pilihan bagi Demokrat maupun PKS, selain masuk dalam Koalisi Perubahan. Koalisi ini tidak akan pernah ada apabila Nasdem tidak keluar dari koalisi yang mendukung pemerintahan. Sebagai oposisi, DNA atau pewarisan sifat politik Demokrat dan PKS tidak mungkin bisa bergabung dengan koalisi yang digagas pemerintahan Jokowi,” ungkap Ginting.

Apalagi, lanjut alumni SMAN 38 Jakarta ini, gabungan suara atau kursi PKS dan Demokrat tidak mencukupi ambang batas partai politik untuk bisa mengajukan calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi Pemilu 2024. Gabungan mereka hanya sekitar 16 persen, jadi masih kurang empat persen untuk mencapai presidential threshold.

Menurutnya, dengan adanya deklarasi Anies Baswedan sebagai bakal Capres oleh Demokrat dan menyusul dari PKS, maka Pemilu 2024 potensial menghasilkan minimal tiga poros, yakni Koalisi Perubahan (Nasdem-Demokrat-PKS), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa), Koalisi Indonesia Baru (Partai Golkar – Partai Amanat Nasional – Partai Persatuan Pembangunan.

“Jika tidak ada kejutan politik, maka tinggal menunggu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP akan bergabung ke koalisi mana,  ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau Koalisi Indonesia Baru atau akan percaya diri untuk berdiri sendiri karena memenuhi syarat untuk mencalonkan sendiri, tanpa gabungan partai politik,” kata Ginting.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus