Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
MENGUMPULKAN politikus Partai Demokrat di resor Upper Clift, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 12 September lalu, Susilo Bambang Yudhoyono membahas arah dukungan untuk pemilihan presiden 2024. Sambil melukis pemandangan Gunung Pancar, Yudhoyono menyampaikan bahwa peluang partainya bergabung dengan koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menciut.
Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum Demokrat Andi Arief, yang mengikuti pertemuan itu, mengatakan Yudhoyono mengevaluasi penjajakan partainya dengan koalisi Ganjar Pranowo, juga koalisi Prabowo Subianto. Andi mengakui komunikasi dengan PDIP sebagai partai pengusung Ganjar lebih alot ketimbang dengan Gerindra, partai pengusung Prabowo.
“Komunikasi dengan PDIP seperti hubungan yang tidak disetujui orang tua, belum jodoh,” kata Andi kepada Tempo di kantor Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat, 22 September lalu.
Tiga peserta pertemuan bercerita, Yudhoyono menyinggung pesan yang dikirim putranya, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, kepada Ketua PDIP Puan Maharani, awal September lalu. Agus bertanya tentang komunikasi dengan PDIP setelah Demokrat hengkang dari koalisi Anies Baswedan. Agus dan Puan sebelumnya bertemu pada pertengahan Juli lalu.
Salah satu kolega Yudhoyono menunjukkan tangkapan layar percakapan Agus dengan Puan. Isinya, Puan menyampaikan bahwa partainya belum mendapat perintah dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Puan lantas meminta Agus menunggu. Tapi, selama sekitar sepekan, Puan tak memberikan kepastian kepada Agus.
Sejumlah hadirin lalu mendesak Yudhoyono segera memutuskan mendukung Prabowo. Tapi presiden keenam itu meminta waktu dua hari untuk menunggu kepastian dari PDIP.
Baca: Rencana Rekonsiliasi SBY-Megawati
Saat bertemu dengan orang-orang dekatnya di Pacitan, Jawa Timur, pada 18 Agustus lalu, Yudhoyono menguarkan sinyal agar Demokrat berkoalisi dengan PDIP. Kala itu Yudhoyono memuji Megawati sebagai politikus yang konsisten.
Tiga orang dekatnya bercerita, Yudhoyono pernah menyatakan siap menarik diri dari Demokrat demi berkoalisi dengan PDIP. Di lingkup internal Demokrat, hubungan Yudhoyono dengan Megawati diduga menjadi ganjalan kedua partai berkongsi. Yudhoyono, yang menjadi anak buah Presiden Megawati dua kali, berhadapan dengan bekas bosnya itu dalam Pemilihan Umum 2004 dan 2009.
Narasumber yang sama mengatakan sejumlah petinggi Demokrat sebenarnya telah berkomunikasi dengan politikus PDIP. Di antaranya melalui Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Bendahara Umum Olly Dondokambey, dan Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto. Semua menjawab seragam: menunggu arahan Megawati.
Sebelum komunikasi dengan PDIP stagnan, putri Megawati, Puan Maharani, menyebut Agus Harimurti Yudhoyono sebagai salah satu kandidat calon wakil presiden Ganjar Pranowo. Setelah Demokrat keluar dari koalisi Anies Baswedan, Agus pun menerima pesan dari Ganjar. Dua kolega Agus mengatakan Ganjar membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan Demokrat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Raymundus Rikang, Egi Adyatama, dan Fachri Hamzah di Padang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit dengan judul "Lobi Macet di Kandang Banteng".