Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
KETIKA merah magrib di langit barat menggelap, parang-parang mulai dihunus. Sekitar empat puluh orang mengepung sebuah rumah di Desa Ranggagata, Lombok Tengah. Mereka nampak siap untuk melabrak. Inilah langkah cinta. Marjan Rifa'i, lelaki yang terpanah asmara itu, kemudian bertindak. Dia menarik tangan kekasihnya, Mariati, pergi menembus gelap, melintasi persawahan dan kampung. Dia tak gentar pada apa yang akan terjadi. Dia tak peduli pada heboh dan kemarahan keluarga Mariati. Dia hanya punya satu pilihan: lari, lari, dan lari.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo