Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga menyatakan revitalisasi kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, tidak mungkin dihentikan. Termasuk, kata dia, pembangunan hotel dan wisma untuk senimannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gak mungkin kami stop yang sudah direncanakan. Sementara Penyertaan Modal Daerah pun sudah sempat kami salurkan," kata Pandapotan usai menggelar sidak di kawasan revitalisasi TIM, Selasa, 26 November 2019. "Kecuali dari awal sudah ada permasalahan seperti ini. Kami akan stop secara total."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menuturkan pemerintah bakal mengucurkan anggaran Rp 1,8 triliun yang disalurkan melalui PMD secara bertahap hingga tahun 2021. Tahun ini telah digelontorkan Rp 200 miliar dan tahun depan diajukan Rp 600 miliar. "Dari total anggaran yang dikucurkan saya belum tahu berapa digunakan untuk pembangunan hotel."
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DKI itu, menjelaskan pemerintah bakal dua bangunan penginapan di area TIM. Bangunan pertama adalah hotel yang disebutkan namanya sebagai Wisma TIM.
Sedangkan, penginapan yang satunya lagi adalah Wisma Seni yang nantinya dikhususkan untuk seniman. Nantinya, kata dia, keuntungan penginapan atau hotel yang komersial bakal digunakan untuk merawat fasilitas bangunan di kawasan TIM.
"Tidak selama pembiayaan perawatan ini harus Pemda yang tanggung," ujarnya. Meski begitu, Komisi bakal tetap melakukan evaluasi terhadap proyek revitalisasi TIM. "Kami akan rapat. Kami mau minta kajian awalnya dulu."
Sejumlah pegiat seni menolak rencana pembangunan hotel di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Imam Ma'aruf salah satunya. Menurut dia, tidak ada kegentingan untuk membangun hotel di kawasan kawasan pusat kesenian dan kebudayaan itu.
"Apa pasalnya (bangun hotel), dikhawatirkan kalau sudah ada hotel bintang lima di sana ada komersialisasi TIM-nya itu," kata Imam saat dihubungi, Ahad, 24 November 2019. Pembangunan hotel merupakan bisnis komersial. Berbeda jika pemerintah daerah ingin membangun wisma untuk singgah para seniman.
Imam khawatir pembangunan hotel di kawasan TIM bakal menjauhkan seniman dari lingkungannya. Apalagi, konsep awal desain TIM yang disayembarakan dan dimenangkan Andra Matin tidak ada rencana pembangunan hotel. "Tidak ada yang namanya hotel bintang lima (dalam desain awal revitalisasi TIM)," ujarnya. "Manajemen hotel bintang lima seperti apa sih. Komersialisasi itu."