Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Indonesia dinilai perlu mengantisipasi ancaman krisis pangan.
G7 keputusan India melarang ekspor gandum bisa memperburuk krisis.
Sekitar 193 juta orang di 53 negara mengalami kelaparan.
JAKARTA – Keputusan India melarang ekspor gandum berpotensi memperparah ancaman krisis pangan dunia. Indonesia dinilai perlu mengantisipasi ancaman tersebut.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Rusli Abdullah, menuturkan, setelah serangan Rusia ke Ukraina, pasokan gandum ke pasar global terhambat. Dua negara ini termasuk produsen dan eksportir utama gandum dunia. Dampaknya, harga bahan pangan tersebut perlahan merangkak. "Kalau serangannya berkelanjutan, akan mendorong orang-orang kesulitan mengakses pangan," tutur Rusli, kemarin.
Kenaikan harga tersebut membuat India memutuskan menutup keran ekspor pada Sabtu lalu. Sebab, di tengah harga yang melambung, kualitas panen gandum di India menurun karena cuaca. Untuk menjamin kebutuhan nasional tercukupi, India melarang ekspor kecuali untuk perusahaan yang telah kepalang menjalin kerja sama ekspor. Namun pilihan itu memberatkan negara lain. Sebab, harga gandum terkerek setelah pengumuman India.
Rusli khawatir kebijakan India mendahulukan kebutuhan domestik dapat menimbulkan kepanikan di antara negara-negara konsumen gandum berbesar. Semakin banyak negara yang bersikap serupa, semakin sulit masyarakat mendapatkan akses terhadap bahan pangan tersebut. Belum lagi saat ini ada risiko karantina wilayah di Cina menyusul virus Covid-19 yang kembali merebak.
Kekhawatiran serupa sempat dilontarkan negara-negara yang tergabung dalam G7 setelah mengetahui sikap India. Menurut G7, keputusan India melarang ekspor gandum bisa memperburuk krisis jika diikuti negara-negara lain. G7 saat ini berupaya mencegah krisis pangan dengan mengulurkan bantuan ke Ukraina. Blok Uni Eropa akan memperkuat militer Ukraina dengan menyumbang 500 juta euro.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo