Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bambang Suryo, mantan perantara judi bola mulai bersinggungan dengan permainan ini sejak 1988. Ketika itu Bambang masih aktif sebagai pemain.
"Saat itu saya terjerumus ke dunia malam, bergaul dengan berbagai macam orang. Di situlah, saya kenal prinsip: kalah enggak usah sedih yang penting mendapat uang," ujar Bambang kepada Tempo dalam beberapa kesempatan. Bambang menegaskan perannya hanya perantara bukan bandar judi.
Bandar judi yang memanfaatkan Liga Indonesia kebanyakan orang Malaysia yang menjadi kepanjangan tangan rumah judi di Cina. "Dari para bandar ini baru ke saya sebagai perantaram. Tugas saya menghubungkan mereka dengan orang tertentu dan tim liga," kata Bambang memaparkan.
Para bandar itu, menurut Bambang, mengeluarkan uang sebesar Rp 200 sampai Rp 500 juta untuk mengatur satu pertandingan. Dari jumlah uang itu, Bambang mengaku kebagian Rp 35 hingga Rp 50 juta.
Dari situlah kemudian berlangsung pengaturan skor. Modus yang dipakai, Bambang melibatkan sejumlah orang sebagai anak buah. "Di bawah saya ada yang namanya runner, yang bertugas memastikan pertandingan menurut skenario," ujarnya. Bayaran yang diberikan pada runner sebesar Rp 2- 5 juta.
Judi bola ini pernah marak saat Liga Primer Indonesia pada periode 2010/2011. Perantara judi bola di Indonesia, menurut dia, tidak banyak jumlahnya. Ia menyebutkan dua nama lain selain dirinya yang sudah dikenal di kalangan bandar judi.
TIM MAJALAH TEMPO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini