Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PAGI yang menyengat. Sinar matahari bak menampar jalan-jalan di Nizwa, desa tradisional di Oman, akhir Oktober lalu. Teriknya memunculkan ilusi di mata: uap panas yang bergelora sejauh mata memandang. Tapi Khamis Ameer, 90 tahun, tak peduli dengan suhu udara yang mencapai 40 derajat Celsius itu. Dari rumahnya di Nizwa, ia melangkahkan kaki tuanya sejauh lima kilometer menuju Sekolah Dasar Al-Bashiir bin al-Munthiis, tempat pemungutan suara anggota Majelis Ash-Shura berlangsung.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo