Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Ini Perilaku Aneh Korban Trigana Air Sebelum Pesawat Jatuh  

Armaita, penumpang Trigana Air, sempat menunjukkan sejumlah perilaku aneh sebelum naik pesawat yang kemudian jatuh itu.

18 Agustus 2015 | 19.32 WIB

Lokasi kecelakaan pesawat Trigana Air Service ATR 42-300, di distrik Pegunungan Bintang, Papua, 17 Agustus 2015. Pesawat berada di lereng bukit di daerah Oksok pada kemiringan 45 derajat. Di sekitar lokasi tim pencari menemukan puing-puing pesawat. Pohon-
material-symbols:fullscreenPerbesar
Lokasi kecelakaan pesawat Trigana Air Service ATR 42-300, di distrik Pegunungan Bintang, Papua, 17 Agustus 2015. Pesawat berada di lereng bukit di daerah Oksok pada kemiringan 45 derajat. Di sekitar lokasi tim pencari menemukan puing-puing pesawat. Pohon-

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Padang - Armaita, 37 tahun, diduga menjadi korban jatuhnya pesawat Trigana Air. Perempuan asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat, itu hendak menyusul suaminya, Mulyadi, yang bekerja di Oksibil, Papua.

Armaita berangkat dari kampungnya di Kampung Calau Nagari Puluik-Puluik Selatan, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, pada 10 Agustus 2015. Namun Armaita harus menunggu pesawat selama sepekan untuk menuju Oksibil. Maka itu, ia baru berangkat dari Jayapura pada Ahad, 16 Agustus 2015.

Sejumlah keluarga Armaita mendapatkan firasat buruk sebelum kepergiannya ke Papua. Anak Armaita, Marti Safitri, 20 tahun, mengaku merasa aneh dengan sikap ibunya seminggu sebelum berangkat. "Ibu tak mau berdoa sebelum berangkat. Padahal biasanya kita berdoa bersama sebelum berangkat jauh. Ia bilang akan balik lagi ke kampung dalam waktu dekat," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015.

Pesawat Trigana Air mengalami kecelakaan di Papua, Ahad, 16 Agustus 2015. Hingga kini, jenazah korban belum bisa diidentifikasi. Marti mengatakan keluarga sempat melarang Armaita berangkat ke Papua. Sebab, bapak Marti yang berada di Oksibil akan pulang kampung saat Lebaran tahun depan. "Tapi ibu keras untuk berangkat. Malah dia buru-buru akan pergi," katanya.

Armaita terakhir menelepon anaknya pada 14 Agustus 2015. Saat itu dia berpesan agar anak-anaknya bisa menjaga diri di kampung. "Kami sempat bercanda. Tapi ibu kayak enggak semangat aja menelepon ketika itu. Bedalah," tuturnya.

Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abis membenarkan ada dua warganya yang ikut menjadi korban kecelakaan pesawat Trigana. Mereka adalah Armaita, warga Calau, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara; dan Epiardi, warga Kampung Ambacang Nagari Sawah Laweh, Kecamatan Bayang. "Kami akan koordinasi dengan keluarganya yang berada di Papua," ucapnya.

ANDRI EL FARUQI


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eko Ari Wibowo

Eko Ari Wibowo

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret. Bergabung dengan Tempo sejak 2005. Kini menulis tentang isu politik, kesra dan pendidikan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus