Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dan para hakim agung melawan. Untuk mengisi delapan kursi lowong hakim agung, mereka bersikukuh mengusulkan 24 nama calon ke Dewan Perwakilan Rakyat. Kesemuanya berasal dari "kalangan dalam". Yang diusung sebuah pendekatan usang: rekrutmen hakim agung mesti berasal dari kalangan hakim karir. Sebuah argumen yang bukan hanya aneh dan tak memiliki landasan hukum, tapi juga mengingkari sejarahnya sendiri. Sejarah mencatat ketika, misalnya, seorang pakar hukum pidana seperti Profesor Oemar Seno Adji diangkat sebagai ketua MA.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo