Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal pembersih sampah asal Belanda Interceptor 001 yang ditempatkan di saluran Cengkareng Drain, Jakarta Barat, masih belum dapat bekerja secara optimal. Masalahnya kapal tersebut tak dirancang untuk kebutuhan sungai di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemantau UPK Badan Air Kecamatan Penjaringan Nikolas mengatakan, untuk mengoperasikan kapal tersebut masih dibutuhkan tenaga manusia untuk mendorong sampah ke mulut kapal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebab, posisi kapal diam dan tidak bisa digerakkan. Jadi petugas harus membantu menggiring sampah masuk ke mulut kapal," kata Nikolas saat dihubungi, Senin, 4 November 2019.
Ia mengatakan cara kerja alat pembersih ini adalah menyedot sampah begitu masuk ke mulut yang berada di sisi depan kapal. Begitu sampah masuk ke dalam mulut, maka mesin pemompa bekerja untuk menyedot sampah. Kapal tersebut mempunyai mulut dengan lebar dua meter untuk memasukkan sampah.
Setelah terkumpul di lambung kapal yang menjadi tempat penampungan, sampah tersebut dikarungkan untuk dibawa ke darat. Menurut Nikolas, perlu banyak tenaga manusia untuk membantu membuang sampah yang telah terkumpul.
"Sekarang cuma ada tiga orang saja untuk mengoperasikan kapal ini. Idealnya 10-12 orang di kapal ini."
Selain itu, menurut dia, kerja kapal belum maksimal karena kondisi permukaan air yang dangkal. Alhasil, sampah yang nyangkut di pinggir sungai tak dapat tersedot.
"Sampah yang nyangkut ini lah yang kami dorong ke mulut kapal. Sebab, kapal tidak bisa digerakkan."
Semenjak beroperasi, kata dia, kapal ini baru bisa mengangkut dua sampai tiga kubik sampah per harinya. Kapal ini, kata dia, hanya bisa bekerja maksimal untuk menarik sampah-sampah kecil seperti botol plastik dan sejenisnya.
"Kalau ada kayu yang panjang semeter saja masuk bisa menghambat. Sebab, mulut kapalnya dibagi dua semeter, semeter."
Interceptor 001 didatangkan berkat kerjasama antaran lembaga nirlaba internasional The Ocean Cleanup, Danone-Aqua, Pemprov DKI Jakarta dan Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman. Kapal ini sebelumnya sudah dioperasikan untuk membersihkan saluran air di Belanda.
Kapal ini awalnya diklaim sebagai wahana pembersih sampah nirawak yang mampu menyedot hingga 100 ton sampah plastik per hari. Kapal ini juga diklaim ramah lingkungan karena digerakkan oleh energi matahari.