Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Kenali 7 Gelaja Perimenopause, Masa Peralihan Sebelum Menopause

Masa perimenopause dimulai pada 30-40 tahun

1 November 2019 | 08.30 WIB

Tetap Prima Menjelang Menopause
Perbesar
Tetap Prima Menjelang Menopause

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Periode transisi yang dialami oleh semua perempuan saat akan memasuki masa berakhirnya menstruasi atau menopause disebut perimenopause. Masa peralihan ini dapat berlangsung selama 4-10 tahun sebelum periode menopause terjadi. Periode ini dapat dimulai pada usia 30-40 tahun. Namun masa ini dapat pula muncul lebih awal. Umumnya, seorang wanita akan mengalami gejala-gejala tertentu yang mengindikasikan perimenopause. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Perimenopause merupakan waktu transisi yang menandakan seorang wanita akan mengalami fase menopause. Pada fase ini, indung telur (ovarium) akan memproduksi lebih sedikit estrogen secara bertahap. Selama 1-2 tahun terakhir perimenopause, produksi estrogen akan menurun secara drastis. Kemudian Anda menopause pun tiba, di mana ovarium sama sekali berhenti melepaskan sel telur. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika memasuki fase perimenopause, wanita umumnya akan mengalami sejumlah gejala akibat perubahan kadar hormon reproduksi dalam tubuhnya. Beberapa gejala perimenopause adalah sebagai berikut:

1. Siklus menstruasi yang tidak teratur
Ketika Anda memasuki masa perimenopause, siklus menstruasi biasanya mengalami kekacauan. Pasalnya, tamu bulanan ini menjadi tidak teratur. Durasi haid juga dapat menjadi lebih lama maupun lebih pendek. 

Jika terjadi perubahan selama tujuh hari atau lebih pada siklus menstruasi, Anda mungkin mengalami perimenopause dini. Sementara bila jumlah hari antar siklus haid Anda melebihi 60 hari, Anda mungkin sedang mengalami tahap akhir perimenopause. Agar siklus haid menjadi lebih teratur, Anda bisa minum pil KB dengan dosis rendah. Namun selalu konsultasikan ke dokter kandungan dulu mengenai hal ini. 

2. Mengalami hot flashes dan gangguan tidur
Salah satu indikasi perimenopause adalah hot flashes. Tidak semua wanita mengalami gejala hot flashes yang sama. Intensitas, durasi, dan frekuensi hot flashes bisa bervariasi. Serangan hot flashes bisa membuat kaum hawa tiba-tiba banyak berkeringat selama 5-10 menit. Tapi ada juga sebagian wanita yang hanya merasa kepanasan dan tanpa mengeluarkan keringat.

Apabila terjadi pada malam hari, gejala hot flashes yang terasa akan membuat Anda berkeringat. Kondisi ini dikenal dengan istilah keringat malam. Tak jarang rasa panas tersebut mempengaruhi kualitas tidur karena membangunkan Anda dari tidur. Untuk mengatasi hot flashes, Anda dapat menerapkan latihan pernapasan dalam (deep breathing). Anda juga bisa menghindari berada di suhu panas serta tidak mengonsumsi makanan pedas dan minuman panas agar tidak mudah berkeringat. 

3. Vagina kering dan risiko infeksi saluran kemih
Akibat penurunan produksi estrogen, produksi cairan pelumas dan kelenturan pada jaringan vagina Anda akan berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa gatal dan pegal. Demikian pula dengan nyeri saat berhubungan seks. Selain itu, penurunan produksi estrogen juga dapat membuat kaum hawa lebih rentan untuk mengalami infeksi saluran kemih dan infeksi pada vagina

4. Penurunan gairah seks 
Selama perimenopause, gairah seksual Anda akan mengalami penurunan. Kondisi ini dapat terjadi karena ketidakstabilan hormon estrogen dan progesteron, maupun vagina yang kering dan memicu sakit ketika berhubungan seks. Namun tidak semua wanita mengalami penurunan gairah seks ketika perimenopause. Bagi para wanita yang memiliki kehidupan seksual yang memuaskan sebelum menopause dimulai, hasrat seks mereka mungkin saja tidak akan menurun secara drastis. 

5. Tingkat kesuburan yang menurun
Satu lagi yang menjadi indikasi perimenopause adalah penurunan tingkat kesuburan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakteraturan masa subur (ovulasi) Anda, sehingga membuat peluang kehamilan berkurang.  Kendati demikian, bukan berarti Anda tidak bisa memiliki anak sama sekali. Selama Anda masih mengalami haid, sekalipun tidak teratur, sel telur masih bisa dibuahi sehingga Anda masih bisa berpeluang untuk hamil. 

6. Kehilangan kepadatan tulang
Penurunan produksi hormon estrogen membuat Anda lebih cepat mengalami kehilangan massa tulang. Inilah yang dapat meningkatkan riisko osteoporosis pada wanita. Untuk mencegah kondisi kerapuhan tulang tersebut, perbanyak konsumsi kalsium dan vitamin D. Pastikan pula Anda berolahraga selama 30 menit setiap hari. 

7. Perubahan suasana hati (mood swing)
Wanita yang memasuki masa perimenopause, tak jarang mengalami suasana hati yang berubah-ubah. Mood swing ini muncul akibat ketidakstabilan hormon, dan bisa saja meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Siklus menstruasi yang tidak teratur dan gejala-gejala di atas merupakan hal yang normal dan umum terjadi pada wanita ketika mengalami perimenopause. Karena itu, Anda tidak perlu khawatir.  Meski demikian, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami kondisi-kondisi seperti durasi haid yang lama, misalnya melebihi tujuh hari, volume darah menstruasi yang sangat banyak. Akibatnya, Anda harus sering mengganti pembalut tiap 1-2 jam sekali. Perdarahan dari vagina yang terjadi di luar siklus haid, serta siklus menstruasi yang kurang dari 21 hari.

Kondisi-kondisi tersebut mungkin saja menandakan gangguan pada sistem reproduksi Anda. Dengan menemui dokter, Anda akan mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus