Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Kepada India dan Dunia

Dari London, New York, pedalaman Kamboja, atau pedesaan Mesir mereka meluncurkan karya-karya itu. Dan Salman Rushdie adalah sang pionir yang mengguncang konstelasi sastra dunia melalui Midnight's Children di era 1980-an. Setelah Rushdie, berbaris-baris nama pun lahir: Amitav Ghosh, Vikram Seth, Hanif Kureishi, Adashir Vakil, Jhumpa Lahiri, Kiran Desai, dan Shauna Singh Baldwin adalah sebagian di antaranya. Mereka lahir dari kelas menengah, berdarah India dan Pakistan, terpelajar, dan berbahasa Inggris sefasih—atau bahkan lebih fasih daripada— berbicara bahasa ibunya. Mereka membentuk barisan sastra India pasca-kolonial dan menerobos tempat-tempat terhormat dalam khazanah sastra dunia. Sastra diaspora yang mereka lahirkan tumbuh dan berbicara kepada dunia seperti yang dibahas dalam Iqra ini. Wartawan TEMPO Dewi Anggraini memperkayanya melalui wawancara dengan Amitav Ghosh dan Hanif Kureishi di sebuah festival sastra di Hong Kong beberapa waktu silam.

30 Juni 2002 | 00.00 WIB

Kepada India dan Dunia
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"It flounders on the rock of its own ineptitude. The writing is unenhanced by any dualities of vision…. Elegant but trite, it remains a novel of stasis, grown rank amid the lotus pond of India, amidst its maya and samsara."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus