Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TATKALA Belanda membombardir wilayah Maguwo pada 19 Desember 1948, Dullah, yang kelak menjadi pelukis Istana Kepresidenan pada 1950-1960, terentak dan sangat gusar melihat realitas itu. Ia lantas ingin membuat dokumentasi kebrutalan tentara Belanda tersebut dari jarak dekat. Lalu muncullah ide: mengerahkan para pelukis cilik dalam perkumpulan seni lukis anak-anak yang diasuhnya terjun ke tengah peperangan untuk menggambarkan segala yang terjadi secara on the spot.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo