Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Lain Dermaga, Lain Periksa

Pemerintah mengecek riwayat kesehatan di pintu perlintasan luar negeri. Pengukur suhu tubuh tak lagi efektif.

 

7 Maret 2020 | 00.00 WIB

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Bandara Soetta melakukan pemantauan suhu tubuh para penumpang pesawat yang tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 3 Maret 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Perbesar
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Bandara Soetta melakukan pemantauan suhu tubuh para penumpang pesawat yang tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 3 Maret 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Pemerintah memberlakukan kartu kewaspadaan kesehatan di gerbang internasional.

  • Tak semua pengunjung dari luar negeri mengisi kartu tersebut.

  • Di sejumlah daerah, terjadi perbedaan pemeriksaan kesehatan.

LIMA belas petugas kesehatan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, berlayar menggunakan kapal cepat pada Kamis pagi, 5 Maret lalu. Mendekati kapal pesiar Viking Sun, yang berbendera Norwegia, sekitar dua kilometer dari bibir dermaga, lajunya melambat. Setelah kapal cepat itu bersandar, para petugas kesehatan bergegas masuk ke Viking Sun.

Membawa alat pengecek suhu badan atau thermal gun dan peralatan kesehatan lain, para petugas itu mengecek satu per satu pelancong dan awak kapal yang berjumlah 1.190 orang tersebut. Selama dua setengah jam memeriksa, petugas tidak menemukan satu orang pun yang terpapar Corona Virus Disease atau Covid-19. “Tapi ada dua orang yang sakit jantung dan perlu membeli obat,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono kepada Tempo, Jumat, 6 Maret lalu.

Melalui telepon, Anung mengingatkan para petugas itu bahwa tugas mereka bukan memberi penumpang izin turun ke Semarang. Sebelumnya, kapal yang berlayar dari Darwin, Australia, ini ditolak berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dengan alasan ada penumpang yang diduga terjangkit corona. Menurut Anung, jika satu orang saja ada yang positif, kapal itu akan diisolasi seperti kapal pesiar Diamond Princess di Yokohama, Jepang. Petugas kesehatan yang mengecek itu pun akan ditugasi menemani mereka jika karantina diberlakukan.

Mendapat laporan dari tim kesehatan, Pemerintah Kota Semarang akhirnya mengambil keputusan melarang para penumpang Viking Sun turun dan berwisata di Jawa Tengah. “Hanya diperbolehkan memasukkan logistik,” ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Acara penyambutan para turis di terminal kedatangan pun bubar. Sekitar 30 bus yang awalnya akan membawa para turis berwisata di Jawa Tengah meninggalkan pelabuhan tanpa penumpang.

Sempat terkatung-katung di laut, Viking Sun akhirnya berlabuh menjelang tenggelamnya matahari. Dengan kawalan penuh, tiga truk kontainer yang membawa logistik menurunkan muatan untuk dipindahkan ke Viking Sun. Satu mobil ambulans juga berada di dekat kapal pesiar itu. Rupanya, satu penumpang yang sakit jantung harus keluar dari kapal.

Penumpang itu dibawa petugas dari Dinas Kesehatan Kota Semarang ke Rumah Sakit Columbia Asia. Namun proses evakuasi itu menjadi sorotan karena petugas mengenakan pakaian pelindung tubuh untuk menghadapi penyakit yang tidak menular. “Petugas kesehatan saja masih tidak benar, apalagi masyarakat,” ujar Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang Ariyanti.

Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan sekaligus juru bicara pemerintah untuk kasus corona, Achmad Yurianto, menuturkan di semua tempat perlintasan di Indonesia dilakukan pengawasan dan tes suhu badan. Tujuannya untuk meminimalkan penyebaran virus yang pada Sabtu, 7 Maret lalu, telah menjangkiti hampir 90 negara itu. Namun, kata Yurianto, kini pengecekan suhu tubuh tidak cukup efektif karena penyebaran virus sudah masuk gelombang kedua dan berbeda dengan saat pertama kali penyebaran itu muncul di Wuhan, Cina.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus