Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan tak akan mengizinkan angkutan kota dan ojek online atau ojol beroperasi di pusat Kota Bogor pada 2021. Untuk mengganti angkot, Pemkot Bogor tengah merancang pembangunan trem sebagai feeder Light Rail Transit (LRT) atau kereta listrik ringan Bogor-Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bima menyatakan pembangunan LRT akan didukung dengan feeder seperti trem untuk menghindari kemacetan. Angkot dan ojol akan tetap kebagian jatah, tetapi hanya di daerah pinggiran kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bayangkan per lima menit ribuan penumpangnya LRT itu, jika moda transportasi kita seperti sekarang angkot dan ojol maka kemacetan akan lebih parah," ucapnya kepada saat wawancara khusus dengan Tempo di kantornya, jalan Juanda, Kota Bogor, Senin sore 28 Oktober 2019.
Selain trem sebagai pilihan moda transportasi yang efektif dalam mengatasi kemacetan di Kota Bogor, Bima mengatakan opsi keduanya adalah segera mempercepat konversi angkot ke bus dengan koridor titik yang ada di pusat Kota.
"Itu strateginya dan menurut kajian kami trem lebih murah dan banyak mengangkut penumpang lebih banyak dari angkot," kata Politikus Partai Amanat Nasional itu.
Untuk pemakaian trem, Bima mengatakan akan lebih memilih trem yang disiapkan oleh PT. Industri Kereta Api (INKA) ketimbang trem hibah dari pemerintah Utrecht, Belanda dengan dua alasan. Pertama trem hibah mahal di ongkos kirimnya dan kedua merunut pada Permendagri yang menyebut trem berusia 30 tahun itu kadaluarsa, meski dalam keadaan sangat bagus.
"Kami pilih PT. INKA karena mereka juga yang memproduksi kereta LRT yang akan masuk ke Kota Bogor nanti," ujar suami Yane Adrian itu.
Namun Bima menyebut hal itu masih dalam kajian dan bisa saja Pemkot Bogor dengan PT. INKA melakukan kerjasama. Bima mengatakan Kota Bogor menjadi konsorsium menyediakan lahan dan membangun relnya, PT. INKA berinvestasi keretanya. Terlebih Bima berharap Pemerintah Pusat menjadikan proyek trem ini sebagai Program Strategis Nasional di bidang transportasi.
"Kalau itu terjadi Presiden nanti mengeluarkan Inpres dan Kementrian terkait menganggarkan, Kota Bogor Zero, itu bisa," kata Bima.
Adapun keberadaan angkot cukup menjadi feeders di pinggiran atau perbatasan saja, memasuki pertengahan atau pusat kota Bima menegaskan cukup menggunakan trem dan bus saja. Hal itu di ungkapkannya agar kenyamanan dan kelancaran lalu lintas bisa terjaga.
"Kami fokuskan itu dalam dua tahun ini, karena kami prediksi LRT sampai ke Bogor di tahun 2021."
Proyek LRT Bogor sendiri menjadi bagian dari proyek LRT Jabodetabek. Juli lalu, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah bertemu dengan Pemkot Bogor untuk menyepakati Terminal Baranangsiang sebagai stasiun akhir perjalanan kereta ringan tersebut.