Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengutip p2k.unkris.ac.id, atas prakarsa Presiden kedua RI Soeharto dibangunlah Monumen Pancasila Sakti. Di atas tanah seluas 14,6 hektare, monumen ini dibangun sebagai bentuk pengingat jerih payah para pahlawan revolusi yang telah berjuang mempertahankan ideologi Indonesia yakni Pancasila dari bahaya ideologi komunis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id Monumen Pancasila Sakti terletak 45 meter sebelah utara dari cungkup sumur maut Lubang Buaya. Dengan berlatar belakang dinding setinggi 17 meter didirikanlah 7 patung pahlawan revolusi plus patung lambang negara Garuda Pancasila. Makna 45 meter sendiri merupakan simbol perlambang tahun kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Patung Garuda Pancasila sebagai pelengkap menjadi 8 patung berarti, bulan kemerdekaan. Sedangkan 17 meter bermakna tanggal kemerdekaan RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dimulai dari patung Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo di sebelah barat dilanjutkan dengan patung Mayjen TNI Anumerta D.I Panjaitan, Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto, Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta M.T. Harjono, Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan Kapten Czi Anumerta P.A. Tendean ke arah timur. Deretan patung pahlawan revolusi itu dibuat membentuk setengah lingkaran.
Terdapat juga tulisan "Waspada......Dan Mawas Diri Agar Peristiwa Sematjam Ini Tidak Terulang Lagi" di bawah sebuah relief. Dimana relief tersebut berisi gambaran prolog peristiwa, kejadian dan proses penumpasan G-30S/PKI oleh ABRI dan rakyat yang terletak di bawah patung.
Patung tujuh pahlawan revolusi di Lubang Buaya atau yang dikenal dengan nama Monumen Pancasila Sakti ini terdiri dari dua bagian indoor dan outdoor. Pada area indoor terletak museum dan paseban, sedangkan bagian outdoor terdiri dari pameran taman dan sumur tua di dalam cungkup. Sumur yang biasa disebut sumur maut inilah yang menjadi tempat dikuburkannya jenazah pahlawan revolusi. Sebelum dibangun menjadi museum bersejerah seperti saat ini, dulunya ini adalah tanah kosong yang menjadi tempat pembuangan terakhir korban G30S.
PUSPITA AMANDA SARI