Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
MENJELANG pukul sepuluh malam, keriuhan di lantai dasar Sekretariat Kepresidenan Mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, malah bertambah. Sekitar dua lusin anak muda duduk mengelilingi meja rendah. Dengung celoteh dan tawa mereka bersahutan. Ruangan itu menjadi tempat singgah mereka di sela-sela aktivitas kuliah. “Selesai kelas, mampir sebentar untuk ketemu kawan atau bisa juga diskusi sampai malam,” kata Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Dinno Ardiansyah.
Bangunan dua lantai di seberang gerbang kampus di Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, itu menjadi salah satu pusat aktivitas mahasiswa Trisakti. Pintu sekretariat terbuka sepanjang hari. Ruangan beralas karpet di dalamnya tak pernah sepi. Kantor Dinno dan timnya di lantai dua juga menjadi tempat nongkrong anak kampus. “Universitas sudah memfasilitasi. Selama untuk kegiatan mahasiswa, bebas saja,” ujar Dinno pada Kamis, 12 Desember lalu.
Pada malam seperti itu, 80 hari sebelumnya, ruangan sekretariat tersebut lebih hiruk. Tempat itu menjadi bagian sejarah pergerakan mahasiswa nasional yang berujung pada demonstrasi besar di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat pada 23-24 September 2019. Kampus yang menjadi salah satu motor reformasi Indonesia pada 1998 itu didatangi para mahasiswa dari berbagai kota sehari menjelang unjuk rasa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo