Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERBANKAN Indonesia relatif stagnan pada 2016. Bahkan beberapa indikator menunjukkan perlambatan. Laju pertumbuhan kredit pada Agustus lalu hanya 6,7 persen (year-on-year), jauh lebih rendah dibandingkan dengan Agustus tahun lalu yang masih bertumbuh 10,8 persen. Kondisi yang sama terjadi pada dana pihak ketiga, yang pada Agustus 2016 hanya tumbuh 8,5 persen—Agustus tahun lalu tumbuh 12,6 persen.
Itu sebabnya Otoritas Jasa Keuangan merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 12-14 persen menjadi 10-12 persen. Bank Indonesia malah sudah menurunkan target pertumbuhan kredit perbankan pada 2017 dari 12,6 persen menjadi hanya 11 persen. Tahun ini BI memperkirakan kredit tumbuh tak lebih dari 9 persen.
Yang juga mengkhawatirkan adalah meningkatnya rasio kredit seret. Per Agustus lalu, rasio tersebut mencapai 3,22 persen, naik 52 basis point dibanding awal tahun. OJK menilai angka ini masih aman. Namun ada beberapa sektor yang berisiko. Sektor pertambangan saat ini memiliki rasio kredit seret 6,77 persen per Juli lalu. Angka ini sudah di atas batas aman yang ditentukan OJK. Beberapa sektor lain juga berada pada posisi yang rawan, misalnya sektor perdagangan (4,25 persen).
Di luar sejumlah data yang tidak terlalu menggembirakan itu, ada data lain yang menunjukkan kinerja perbankan yang lumayan bagus dibanding bank-bank negara tetangga. Bank BCA, per Kamis pekan lalu, mencatat nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 384,4 triliun. Bank milik Grup Djarum ini sudah melewati kapitalisasi pasar tiga bank besar Singapura, DBS, OCBC, dan UOB. Di posisi sepuluh besar, ada dua bank lain, yakni Bank BRI dan Mandiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo