Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan massa menggeruduk kantor Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat hari ini. Mereka adalah warga yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota Jakarta (JRMK) dan Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu atau FKTMB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendemo meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera menuntaskan program penataan kampung di Ibu Kota. "Segera tuntaskan program-program penataan kampung yang sekarang mandek," kata orator di depan Balai Kota DKI, Jakarta Pusat pada Senin, 11 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sang orator menyinggung beberapa lokasi penataan kampung yang sampai kini disebut belum selesai. Misalnya, pembangunan Tower E serta sarana dan prasarana Kampung Susun Akuarium, Jakarta Utara. Dia juga mempertanyakan nasib eks warga Kampung Bayam yang tak kunjung menempati Kampung Susun Bayam.
Massa pun menyuarakan soal penagihan tanah PT. Emticon yang akan digunakan warga Kampung Lengkong, Cilincing dan belum adanya Surat Keputusan Penetapan Lokasi untuk konsolidasi tanah di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.
Dari pantauan Tempo, massa yang terdiri dari anak-anak hingga orang tua itu berkumpul di depan Balai Kota pukul 13.30 WIB. Sebelum bergerak ke Balai Kota, massa yang berasal dari 27 kampung di Jakarta itu terlebih dulu menyampaikan aspirasinya di depan gedung Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Jakarta Pusat.
Mereka mengaku, surat berupa reforma agraria sudah diserahkan kepada perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Oleh karena itu, massa tak mau audiensi dengan perwakilan Pemprov DKI.
"Sudah banyak retorika, sudah banyak janji-janji, kami sudah menyerahkan tebusan, menyerahkan surat. Kami hanya ingin lihat responsnya," ujar orator aksi.
Usai menyampaikan aspirasinya, massa aksi menyanyikan dua lagu, yaitu Buruh Tani dan Indonesia Raya. Mereka mengakhiri demo dengan berdoa dan meninggalkan Balai Kota tanpa merusuh.