Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Matikan Messi, Cile Cetak Sejarah, Taktik Kotor Sampaoli?

Sampaoli mempelajari rekaman penampiilan Messi di Barcelona.

5 Juli 2015 | 08.58 WIB

Usai turun minum, Cile terus menekan pertahanan Argentina. Namun seperti pada babak pertama, pertandingan babak kedua berakhir tanpa gol. Santiago, Chili, 4 Juli 2015. Getty Images
Perbesar
Usai turun minum, Cile terus menekan pertahanan Argentina. Namun seperti pada babak pertama, pertandingan babak kedua berakhir tanpa gol. Santiago, Chili, 4 Juli 2015. Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Santiago - Sejarah terukir di Estadio Nacional Julio Martinez Pradanos, Santiago, Cile, Minggu 5 Juli 2015, ketika tim sepak bola negara itu mengakhiri penantian 99 tahun untuk memenangi Copa America, kejuaraan antarnegara Amerika Selatan.


Lautan merah –warna kostum tim nasional Cile- mendominasi pakaian penonton yang memenuhi Stadion Nacional, menyisakan warna biru-putih suporter Argentina sebagai minoritas.


Harga tiket US$ 25 ribu atau sekitar Rp 334,4 juta mungkin terasa lebih murah bagi warga Cile setelah Alexis Sanchez dan kawan-kawan dari tim Cile mengalahkan Argentina 4-1 melalui adu penalti pada pertandingan babak final Copa America 2015 di Stadion Nacional itu.


Baca juga:
Diduga Gergaji Anaknya, Si Ibu Menangis Saat Polisi Datang 
Hotman Paris Vs Sitompoel: Ribut Soal Janggal Kasus Angeline


Pasalnya, sejarah besar buat rakyat Cile setelah Alexis Sanchez, yang juga gelandang serang andalan klub Arsenal di Liga Primer Inggris, melakukan tendangan penalti yang mengecoh kiper Argentina, Sergio Romero, untuk menentukan kemenangan tuan rumah 4-1 dalam adu penalti. Drama itu terjadi setelah skor 0-0 di 2 x 45 menit dalam pertandingan normal dan 2 x 15 dalam babak perpanjangan waktu.


Setelah 4 kali menjadi tuan rumah Copa America dan nyaris melewati satu abad, Cile akhirnya bisa meraih trofi kejuaraan sepak bola tertinggi di Benua Amerika bagian selatan ini.


Selanjutnya: Dan menangislah Messi



Dan, menangislah Lionel Messi dan rekan-rekannya di tim nasional Argentina yang harus kembali mengalami kekecewaan pada pertandingan babak final. Tahun lalu, Argentina dikalahkan Jerman pada partai puncak Piala Dunia di Brasil. Kini, mereka mengalami nasib sama di tangan Alexis Sanchez dan kawan-kawan.


Estadio Nacional yang pernah ditempati sekitar 20 ribu warga Cile selama zaman rezim kediktatoran yang berdarah di negeri itu meninggalkan beberapa pertanyaan tentang penampilan tim Argentina yang berjuluk La Albiceleste.


Baca juga:Tekuk Argentina 4-1 di Adu Penalti, Cile Juara Copa America


Mengapa La Albiceleste bisa kalah? Apa yang telah berubah di skuad mereka setelah begitu digdaya saat menggilas Paraguay 6-1? Di mana Messi? Apa yang terjadi dengan Gonzalo Higuaian, yang seperti di Brasil 2014, kembali menyia-nyiakan peluang untuk mencetak gol yang memukul lawan?


Ini adalah sebuah pertandingan ketika para pemain Cile disiapkan untuk menjadi para gelandang perusak disiapkan untuk menendang, bergulat, dan menahan para pemain Argentina yang berfungsi mengatur irama permainan dan umpan. Messi tidak diberi ruang sedikit pun ketika memasuki daerah permainan Cile.


Kartu kuning pun “halal” untuk menahan pemain dari “planet di luar bumi” ini. Itulah, misalnya,  yang terjadi pada menit ke-34, ketika bek Cile, Gary Medel, melakukan melakukan tackle dengan mengangkat kaki kanannya kelewat tinggi sehingga mengenai badan Messi sehingga mahabintang Barcelona ini pun tumbang.


Selanjutnya: Taktik Cile



Taktik Pelatih Cile, Jorge Sampaoli, berjalan dengan baik. Rekan-rekan Sanchez sukses menjalankan instruksi Sampaoli untuk menghentikan Messi.


Sampaoli sampai mempelajari berjam-jam rekaman penampilan Messi di Barcelona untuk menemukan cara terbaik menyumbat aksinya. Cara itu dijalankan pemain Cile dengan disiplin, penuh semangat, dan apa boleh buat agar kasar.


Argentina pun kini sudah 22 tahun tanpa bisa meraih trofi kejuaraan besar atau utama. Sebelumnya, di empat Copa America yang berlangsung di Cile, Argentina selalu juara.Yang terakhir pada 1991, setahun setelah mereka menjadi runner-up di Piala Dunia di Italia setelah dikalahkan Jerman pada final.


Adapun Cile hanya satu kali menang melawan Argentina dari enam pertemuan dalam 84 pertandingan lebih dari 105 tahun. Tapi, kemenangan yang minim itu telah mengubah sejarah Cile secara drastis di Copa America.


Baca juga: Margriet Menangis, Marah Saat Jam Rolex & Berlian Diambil


Selain Alexis Sanches, Claudio Bravo, yang juga penjaga gawang Barcelona, berjasa besar buat Cile dalam  pertandingan itu. Bravo menepis satu tendangan pemain Argentina dalam adu penalti itu yang berperan besar dalam menentukan kemenangan.


Selain itu, kegagalan Gonzalo Higuain dalam melakukan eksekusi penalti juga ikut berperan membuat timnya, Argentina, mengalami kekalahan.


 


Susunan Pemain


Cile:  Bravo, Isla, Medel, Silva, Beausejour, Aranguiz, Diaz, Vidal, Valdivia/Fernandez (74’), Sanchez, Vargas/Henriquez (95’).


Argentina:  Romero, Zabaleta, Dimichelis, Otamendi, Rojo, Biglia, Mascherano, Pastore/Banega (81’), Messi, Aguero/Higuain (74’), Di Maria/Lavezzi (29’).


Kartu Kuning


Argentina (3): Ever Banega 93, Javier Mascherano 55, Marcos Rojo 54


Cile (3): Charles Aranguiz 87, Marcelo Diaz 43, Gary Medel 34


Adu Penalti:


Matias Fernandez - Cile 1-0


Lionel Messi – Argentina 1-1


Arturo Vidal – Cile 2-1


Gonzalo Higuain gagal, tendangannya melambung- Argentina 1-2


Charles Aranguiz –Cile 3-1


Ever Banega dari Argentina, tendangannya ditepis kiper Cile, Claudio Bravo – Cile 3-1


Alexis Sanchez-Cile 4-1


 


BBC | GUARDIAN | DAILY MAIL | HARI PRASETYO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari Prasetyo

Hari Prasetyo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus