Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder yang kerap disebut OCD merupakan gangguan mental yang dapat terjadi pada siapa saja, remaja maupun orang lanjut usia. Orang dengan gangguan ini akan terjebak dalam lingkaran obsesi dan kompulsi yang tak berkesudahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Obsesi adalah perasaan, pikiran, gambaran atau keinginan yang intens, tidak diinginkan, namun juga tidak dapat dikendalikan. Sedangkan kompulsi adalah hal yang dilakukan orang tersebut untuk menghilangkan atau mengurangi obsesi yang mengganggunya tadi. Gangguan ini berbeda dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif (obsessive compulsive personality disorder atau OCPD). Salah satu perbedaan dasarnya adalah OCD merupakan pemikiran yang tidak bisa dikontrol, sedangkan OCPD bisa dikendalikan, namun penderitanya tidak mau melakukan hal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gangguan obsesif kompulsif sangat lekat dengan dua aspek dasar, yakni obsesi dan kompulsif. Penderita OCD bisa bersifat obsesif saja, kompulsif saja, atau keduanya. Apa pun kecenderungannya, sikap ini dapat mengganggu kehidupan sosialnya.
Gejala gangguan obsesif kompulsif dilihat dari sisi obsesi (pemikiran) misalnya
- Takut akan kuman atau terkontaminasi hal-hal yang dianggapnya kotor
- Menyukai hal-hal yang simetris atau diurutkan dengan sempurna
- Memiliki batasan tersendiri tentang seks, agama, atau larangan lainnya
- Memiliki pemikiran yang agresif tentang orang lain atau bahkan diri sendiri
Sementara itu, gangguan obsesif kompulsif juga dapat terlihat dari segi kompulsi alias perilaku orang tersebut, seperti:
- Mencuci tangan atau membersihkan benda secara berlebihan
- Merapikan barang dengan urutan tertentu yang sangat spesifik
- Berulang kali mengecek sesuatu, misalnya pintu sudah dikunci, lampu sudah dimatikan, dan lain-lain
- Menghitung berulang-ulang
Hal-hal tersebut mungkin terlihat sederhana, bahkan hampir semua orang melakukannya. Namun pada penderita gangguan obsesif kompulsif, perilaku itu juga ditandai dengan ciri-ciri yang khas, seperti:
- Ia tidak bisa mengontrol pikiran atau perilakunya, sekalipun ia mengeluh bahwa sikapnya itu kerap membuatnya lelah atau terganggu.
- Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan hal tertentu.
- Ia tidak merasa puas dengan hasil kerjanya, namun merasa lega karena bisa menghilangkan pemikiran yang mengganggu tersebut.
- Ia pernah mengalami masalah serius terkait pemikiran atau perilaku obsesif kompulsif yang dideritanya.
Gejala gangguan obsesif kompulsif ini mungkin datang dan pergi, bahkan terasa lebih parah sewaktu-waktu. Ada juga yang merasa tidak memiliki gangguan apa pun sampai ada orang lain yang mengatakan pada Anda, misalnya teman, orangtua, maupun guru. Jika Anda merasa memiliki tanda-tanda di atas dan merasa terganggu segera konsultasi dengan dokter jiwa atau psikolog yang Anda percayai. OCD yang tidak ditangani bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan Anda.
Ketika dokter mendiagnosis Anda menderita gangguan obsesif kompulsif, Anda akan direkomendasikan untuk menjalani serangkain perawatan seperti terapi perilaku kognitif. Terapi ini dianggap sebagai perawatan yang paling efektif dalam menyembuhkan atau mengurangi gejala gangguan obsesif kompulsif yang Anda rasakan. Dalam perawatan ini, Anda akan dihadapkan pada situasi yang memicu munculnya gangguan obsesif kompulsif, kemudian Anda diminta untuk mengendalikannya secara bertahap.
Jika situasi yang memicu obsesif kompulsif bersifat berbahaya, maka Anda akan diminta untuk membayangkannya saja. Banyak pasien OCD yang mengaku merasa lebih baik setelah mengikuti beberapa sesi terapi. Sayangnya, tidak sedikit pula pasien OCD yang menolak melakukan terapi perilaku kognitif ini karena tidak mampu mengontrol rasa cemas yang muncul ketika simulasi dijalankan. Sebab itu, dokter mungkin merekomendasikan Anda untuk menjalani perawatan dengan cara lainnya.
Dokter juga akan memberikan obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)yang efektif bila pasien merasa bisa beraktivitas lebih baik di sekolah, lingkungan, hingga kehidupan pribadinya setelah konsumsi selama 6-12 minggu. Selain dengan terapi dan konsumsi obat, Anda juga bisa membantu diri sendiri meredakan gejala OCD dengan mempelajari teknik relaksasi dasar, seprti meditasi dan yoga.