Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMANGAT menertibkan lalulintas kendaraan bermotor di jalan raya
kota Manado, sejak Pebruari kemarin nampak sangat menggebu.
Regu-regu gabungan Polantas -- LLAJR terlihat di sepanjang rute
kendaraan penumpang umum. Kubu-kubu penjagaan bernama Pos
Tilang yang bersusun lapis diadakan mulai dari mulut terminal
dan di sepanjang liku jalan sampai di luar batas kota. Bukan itu
saja, pihak Polisi Komres 1901 Manado sepakat dengan LLAJR untuk
menggalakkan pembinaan terhadap kaum sopir lewat penataran
tentang cara bersopan-sopan di belakang setir. Tentu saja usaha
ini bukan sekedar bersibuk-sibuk tanpa alasan. "Angka-angka
kecelakaan lalulintas akhir-akhir ini meningkat", tutur Letkol
Ben Radjab Dan Res 1901 Manado. Dan menurut bekas Kepala
Polantas Komdak XIX Suluteng ini, biang kecelakaan adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat teutama para pengemudi tentang
masalah lalulintas. Sambil menuding peta kota yang tergantung di
ruang kerjanya, Dan Res itu berkata pula: "Ini peta kota Manado
masih di zaman Keresidenan Belanda. Keadaan jalur jalan sampai
kini masih juga tetap sama, padahal jumlah kendaraan sudah
puluhan kali lipat.
Apa yang diucapkan Ben Radjab memang tak keliru. Jalan protokol
Sam Ratulangi misalnya yang membelah kota Manado dari jantung
kota ke selatan sepanjang 5 Km, ada sepanjang kurang lebih 2 Km
yang arusnya paling padat karena merupakan jalur tunggal. Tak
ada jalan lain buat menepi atau memintas. Kabarnya untuk
mengatasi kepadatan arus lalulintas di tempat ini ada rencana
pemerintah kota untuk membuka jalur baru mulai dari Titiwungen
sampai Tanjung Batu. Rupanya tidak ada cara lain buat mengatasi
masalah lalulintas di Manado yang semakin padat dan ruwet selain
"mengadakan penambahan dan pelebaran jalur" seperti saran Letkol
Ben Radjab.
Berpawai
Saran ini bukannya tak didengar tapi memang begitulah acapkali
keburu dijadikan rencana yang sulit dilihat jadinya. Semasih
walikota Letkol Rauf Moo yang digantikan Walikota Pusung
mendahului Walikota Pelealu yang sekarang ini, jalur-jalur baru
itu sudah lama didengung-dengungkan semacam cerita dongeng.
Bahkan ada Manado Boulevard yaitu jalur tepi laut yang memanjang
dari Pelabuhan Manado sampai di pantai Babu-Malalayang yang
pernah dikhayalkan Rauf Moo. Tapi seperti pernah dikeluhkan eks
Walikota Pusung "Manado yang masih berpola kota Keresidenan,
sukar dibenahi karena memiliki tak kurang dari sembilan bukit di
tengahnya". Sayang tidak disebutnya soal kesulitan biaya. Nah
sementara menanti datangnya jalur baru yang diimpikan itu, boleh
sajalah bijaksana bermain rute seperti yang berlaku sekarang,
tak peduli memancing umpat maki pengemudi yang terpaksa berpawai
keliling kota untuk keluar masuk terminal yang kini ada di
Calaca -- tepat di jantung kota yang padat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo