Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mimpi Dan Dongeng

Angka kecelakaan lalu lintas di kota manado meningkat. kemacetan terjadi dimana-mana. Menurut danres setempat jumlah kendaraan di kota ini tak seimbang lagi dengan panjang jalan yang tersedia.

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMANGAT menertibkan lalulintas kendaraan bermotor di jalan raya kota Manado, sejak Pebruari kemarin nampak sangat menggebu. Regu-regu gabungan Polantas -- LLAJR terlihat di sepanjang rute kendaraan penumpang umum. Kubu-kubu penjagaan bernama Pos Tilang yang bersusun lapis diadakan mulai dari mulut terminal dan di sepanjang liku jalan sampai di luar batas kota. Bukan itu saja, pihak Polisi Komres 1901 Manado sepakat dengan LLAJR untuk menggalakkan pembinaan terhadap kaum sopir lewat penataran tentang cara bersopan-sopan di belakang setir. Tentu saja usaha ini bukan sekedar bersibuk-sibuk tanpa alasan. "Angka-angka kecelakaan lalulintas akhir-akhir ini meningkat", tutur Letkol Ben Radjab Dan Res 1901 Manado. Dan menurut bekas Kepala Polantas Komdak XIX Suluteng ini, biang kecelakaan adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat teutama para pengemudi tentang masalah lalulintas. Sambil menuding peta kota yang tergantung di ruang kerjanya, Dan Res itu berkata pula: "Ini peta kota Manado masih di zaman Keresidenan Belanda. Keadaan jalur jalan sampai kini masih juga tetap sama, padahal jumlah kendaraan sudah puluhan kali lipat. Apa yang diucapkan Ben Radjab memang tak keliru. Jalan protokol Sam Ratulangi misalnya yang membelah kota Manado dari jantung kota ke selatan sepanjang 5 Km, ada sepanjang kurang lebih 2 Km yang arusnya paling padat karena merupakan jalur tunggal. Tak ada jalan lain buat menepi atau memintas. Kabarnya untuk mengatasi kepadatan arus lalulintas di tempat ini ada rencana pemerintah kota untuk membuka jalur baru mulai dari Titiwungen sampai Tanjung Batu. Rupanya tidak ada cara lain buat mengatasi masalah lalulintas di Manado yang semakin padat dan ruwet selain "mengadakan penambahan dan pelebaran jalur" seperti saran Letkol Ben Radjab. Berpawai Saran ini bukannya tak didengar tapi memang begitulah acapkali keburu dijadikan rencana yang sulit dilihat jadinya. Semasih walikota Letkol Rauf Moo yang digantikan Walikota Pusung mendahului Walikota Pelealu yang sekarang ini, jalur-jalur baru itu sudah lama didengung-dengungkan semacam cerita dongeng. Bahkan ada Manado Boulevard yaitu jalur tepi laut yang memanjang dari Pelabuhan Manado sampai di pantai Babu-Malalayang yang pernah dikhayalkan Rauf Moo. Tapi seperti pernah dikeluhkan eks Walikota Pusung "Manado yang masih berpola kota Keresidenan, sukar dibenahi karena memiliki tak kurang dari sembilan bukit di tengahnya". Sayang tidak disebutnya soal kesulitan biaya. Nah sementara menanti datangnya jalur baru yang diimpikan itu, boleh sajalah bijaksana bermain rute seperti yang berlaku sekarang, tak peduli memancing umpat maki pengemudi yang terpaksa berpawai keliling kota untuk keluar masuk terminal yang kini ada di Calaca -- tepat di jantung kota yang padat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus