Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
MENEMPUH perjalanan lebih dari 4.500 kilometer menuju Jakarta, Paulina Resubun hanya punya satu tekad, yaitu bertemu denganĀ Paus Fransiskus. Berangkat dari rumahnya di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, perempuan 39 tahun itu ingin mendapatkan berkat langsung dari Bapa Suciāsebutan lain paus. Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Merauke itu tak mau melewatkan kunjungan Paus ke Indonesia.
Paulina memanfaatkan momen pelatihan keperawatan intensive care unit untuk anak di sebuah hotel di Jakarta Pusat. Rumah sakitnya pun membelikan tiket pesawat agar Paulina bisa ke Jakarta. āKalau beli sendiri tiketnya mahal, sampai Rp 5 juta sekali jalan,ā katanya kepada Tempo di parkir timur Gelora Bung Karno, Kamis, 5 September 2024.
Dia sebenarnya ingin mengikuti misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus. Tapi ia tak mendapatkan tiket masuk. Menolak menyerah, pada Rabu, 4 September 2024, PaulinaĀ nongkrong di depan Gereja Katedral, Jakarta Pusat, sejak sore hingga malam. Ia menunggu rombongan Paus keluar dari gereja itu.
Yang ditunggu Paulina akhirnya lewat juga. Mobil Toyota Innova Zenix putih yang ditumpangi Paus Fransiskus berjalan ke luar Katedral. Jendela bagian depannya terbuka. Paus yang duduk di depan melambaikan tangan ke arah kerumunan manusia di depan gereja.
Paulina tak hanya ingin bertemu dengan Paus. Ia juga inginĀ ngalap berkah dengan memegang tangan Fransiskus. Paulina berharap persentuhannya dengan Bapa Suci bisa membuat rencananya menempuh studi pascasarjana ke Jerman terwujud.
Nekat, ia menerobos kerumunan, lalu mengejar mobil putih itu. Paulina berhasil. Meski sekejap, ia bisa menyentuh tangan pemimpin umat Katolik sedunia itu. Seiring dengan menjauhnya rombongan Vatikan, air mata Paulina menetes. Ia berteriak penuh syukur. āPuji Tuhan, saya begitu bahagia menyentuh tangan Paus,ā ujar Paulina. Orang-orang di sekitarnya pun terharu.Ā
Esoknya, Kamis, 5 September 2024, Paulina datang ke Gelora Bung Karno. Ia berharap bisa masuk ke stadion, tempat misa diselenggarakan. Tapi keberuntungannya habis. Paulina hanya bisa mengikuti misa akbar dari layar besar di luar stadion. Toh, dia tetap bersyukur. Ia ikut melantunkan āAve Mariaā ketika mendengar lagu itu bergema menyambut Fransiskus.
Di dalam Gelora Bung Karno yang dipenuhi lebih dari 80 ribu pemeluk Katolik, Mespin Zulian Samaloisa juga bersukacita. Ia datang dari Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bersama istri dan anaknya yang berusia tiga tahun. Pelaksana tugas Kepala Sekolah Dasar Negeri 34 Sinaka, Mentawai, ini mengeluarkan duit hingga Rp 15 juta untuk membayar tiket pesawat dan hotel.
Mespin langsung mengajukan namanya dan anggota keluarganya ketika paroki tempat dia beribadah membuka pendaftaran mengikuti misa akbar di Jakarta pada Juli 2024. Padahal saat itu ia belum punya duit cukup. āSaya bilang ke istri, daftar saja dulu. Soal uang, nanti pasti ada jalannya,ā kata laki-laki 32 tahun itu.
Selama dua bulan, Mespin lebih berhemat. Ia pun menjual cengkih miliknya. Setiap hari ia mendaraskan doa agar keluarganya bisa mengikuti misa di Jakarta. Bagi Mespin, pertemuan dengan Paus Fransiskus merupakan perjalanan iman yang sudah lama ia idamkan. Belum tentu kesempatan itu muncul lagi.
Sekretaris Keuskupan Padang Pastor Ganda Jaya mengatakan keuskupannya mendapat jatah 520 orang untuk mengikuti misa yang dipimpin Paus Fransiskus. Kuota itu untuk umat Katolik di tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Umat pun antusias mendaftar. Namun tak semua bisa mendapatkan tiket misa karena keterbatasan kuota.
Menurut Ganda, Keuskupan Padang tak memberikan persyaratan khusus untuk anggota umat yang bisa mengikuti misa. Keuskupan hanya menyarankan, mereka yang ikut misa akbar sebaiknya tidak berusia lebih dari 60 tahun. Sebab, umat akan berjalan kaki untuk bisa mengikuti misa. āAnak-anak sebaiknya juga tak ikut karena bakal berdesakan di Gelora Bung Karno,ā ujarnya.
Mespin termasuk yang beruntung karena dia dan keluarganya dinyatakan bisa mengikuti perayaan Ekaristi bersama Paus Fransiskus. Dua kali ia naik perahu penyeberangan dan menghabiskan waktu lebih dari 15 jam untuk menyeberang dari Desa Sinaka hingga ke Padang. Setelah itu, ia naik pesawat ke Jakarta pada Selasa, 3 September 2024.
Di Jakarta, Mespin jadi lebih sering menangis. Ia terharu melihat umat agama lain ikut menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Air matanya juga menetes setiap kali melihat aktivitas Paus yang memeluk dan mencium anak kecil serta memberikan berkat untuk penyandang disabilitas melalui televisi.
Apalagi saat misa akbar. Berulang kali ia menangis selama perayaan Ekaristi. Meskipun hanya bisa melihat dari kejauhan karena tempat duduknya berada di tribun atas, Mespin bahagia bisa mengikuti langsung misa yang dipimpin Paus. āSaya merasakan pertemuan dengan Paus menjadi perjalanan iman yang luar biasa,ā katanya.
Anggota umat lain yang mengikuti misa di dalam Gelora Bung Karno, Magdalena Bui, juga jauh-jauh datang dari Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, untuk melihat Paus Fransiskus. Pada Oktober 1989, saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Kota Diliākini wilayah Timor Lesteāia tak bisa hadir karena jaraknya terlalu jauh dari Atambua.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Hussein Abri Dongoran, Fachri Hamzah dari Padang, Didit Hariyadi dari Makassar, dan Stefanus Pramono dari Jakarta berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ngalap Berkah Bapa Suci"