Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - None Jakarta 2017, Karina Syahna tak hanya cantik, pintar, dan pandai menari namun juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Perempuan 23 tahun ini menjadi guru menari untuk anak berkebutuhan khusus sejak empat tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kisah Karina menjadi pelatih tari untuk anak-anak difabel bermula pada 2013 ketika Gigi Art of Dance bekerja sama dengan Yayasan Ikatan Sindroma Down Indonesia membuka kelas tari khusus untuk anak difabel. Saat itu, Karina bertugas sebagai asisten pengajar. “Saya hanya salah satu dari delapan asisten pengajar untuk kelas tari anak berkebutuhan khusus. Setahun berjalan akhirnya Gigi (Pemilik Gigi Art of Dance) mempercayakan kelas ini sampai sekarang,” kata Karina Syahna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
None Jakarta 2017, Karina Syahna sedang melatih anak berkebutuhan khusus. Tabloidbintang
Mengajarkan tari kepada anak berkebutuhan khusus tentu punya tantangan tersendiri. “Mereka enggak bisa dikasih tarian yang monoton dan enggak bisa di-push harus bisa cepat serta hafal gerakan seperti kelas tari yang lain. Pelatih harus melihat kondisi mereka juga,” ucap Karina.
Selain memaklumi keterbatasan yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus ini, Karina juga mengatakan kesabaran dan membuat rencana yang matang menjadi kunci sukses pola ajarnya. “Aku dituntut untuk cepat dalam menangani masalah. Misalnya, koreografi A enggak bisa lalu ganti koreografi B, seandainya juga tidak bisa maka aku harus menyiapkan koreografi sampai Z,” kata Karina memberi contoh.
Pemenang Abang None Jakarta Karina Syahna dan Ade Gandha Kurnia Tandra. MARIA FRANSISCA
Jenis tarian yang diajarkan Karina beragam, mulai dari hip hop, kontemporer, hingga tradisional. Semua tarian diajarkan layaknya orang pada umumnya, anak berkebutuhan khusus juga perlu incut tarian yang beragam agar kemampuannya lebih terasah dan tidak cepat bosan.