Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada bentuk lain yang lebih berbahaya dibanding kekerasan fisik, yakni kekerasan verbal. Ini adalah penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata. Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak percaya diri, mulai mempertanyakan intelejensi, hingga merasa tidak memiliki harga diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kekerasan verbal bisa terjadi pada hubungan apa pun dan intensitasnya biasanya meningkat bila tidak segera diakhiri. Jika sudah parah, kekerasan ini juga bisa berujung pada kekerasan fisik dan meninggalkan efek yang buruk bagi korbannya. Banyak orang berpikir kekerasan verbal hanya terjadi ketika seseorang membentak orang lain. Padahal, kekerasan verbal juga bisa terjadi ketika seseorang berbicara dengan nada halus hingga berbisik, namun dilakukan setiap hari dan bertujuan melakukan pembunuhan karakter.
Berkut ini bentuk kekerasan verbal
1. Name-calling
Name-calling merupakan nama panggilan yang bernada hinaan atau mengata-ngatai seseorang dengan mengganti namanya menjadi sebutan yang lain. Contohnya, “kamu tidak akan mengerti ini karena kamu bodoh.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
2. Degradasi
Kata-kata ini dikeluarkan agar seseorang merasa bersalah terjadap dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak berguna. Contohnya, “kamu tidak akan bisa jadi apa-apa kalau bukan karena bantuan saya.”
3. Manipulasi
Kekerasan verbal ini dilakukan dengan tujuan memerintah Anda, tapi tidak dengan kalimat imperatif. Misalnya, “kalau kamu memang sayang keluarga, kamu tidak akan melakukan itu.”
4. Menyalahkan
Berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Namun, orang yang melakukan kekerasan akan menjadikan kesalahan Anda sebagai pembenaran atas tindakan mereka, misalnya dengan berkata “saya harus memarahi kamu karena perilakumu sangat tidak bisa ditolerir.”
5. Merendahkan
Kata-kata ini akan keluar ketika si pelaku kekerasan verbal berniat mengerdilkan Anda dan di saat yang bersamaan membuat dirinya lebih superior. Contoh kalimat merendahkan adalah “saya yakin suara kamu bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu diam saja.”
6. Kritik berkelanjutan
Menerima kritik adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Namun dalam kekerasan verbal, kritik dilakukan dengan sangat kasar dan terus-menerus sehingga korbannya akan merasa tidak punya harga diri. Contohnya, “kamu suka marah-marah makanya tidak ada orang yang suka dengan kamu.”
7. Menuduh
Menuduh juga bisa menjadi kekerasan verbal ketika hal itu dilakukan untuk menjatuhkan mental Anda. Tidak perlu dengan kata-kata kasar, bentuk kekerasan verbal ini dapat berupa “saya harus berteriak karena kamu keras kepala.”
8. Menolak berbicara
Bahkan tidak berkata apa pun bisa jadi bentuk kekerasan verbal, terutama bila dilakukan untuk membuat korbannya merasa tidak enak. Misalnya, ketika Anda bertengkar dengan pasangan, ia memilih diam dan pergi ketika Anda menuntut penjelasan darinya.
9. Mengarang
Pasangan kerap mengatakan bahwa Anda suka mengarang suatu kejadian agar Anda merasa bersalah? Bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal agar Anda segera minta maaf dan kian tergantung pada mereka.
Contoh konkretnya seperti Anda menagih janji pasangan untuk membantu pekerjaan rumah, tapi dia berkata “kita tidak pernah ada perjanjian soal itu”. Bahkan, ia bisa menegaskannya dengan “jangan suka mengarang, itu cuma halusinasi kamu” sehingga Anda akan meminta maaf.
10. Perdebatan yang tidak berujung
Berdebat adalah bagian dari hubungan yang sehat, namun perdebatan yang tak berujung dan dilakukan berulang kali bisa jadi bentuk kekerasan verbal. Misalnya, jika Anda merupakan wanita yang bekerja, kondisi rumah mungkin tidak selalu rapi. Ketika ini terjadi berkali-kali, pasangan Anda selalu menyalahkan Anda yang akhirnya mengakibatkan debat tak berujung.
11. Ancaman
Kekerasan verbal bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik, salah satunya dimulai ketika pelaku kekerasan ini mengeluarkan nada ancaman. Ancaman ini sangat mudah dikenali karena sudah pasti memberi efek takut pada korban dan menuntut korban untuk patuh pada kata-kata pelaku kekerasan ini. Contohnya, “kalau kamu tidak menuruti saya, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada kamu.”