Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Pembakaran Lahan, Walhi: Data Justru dari Wilmar

Sebagai pemain terbesar dalam bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia, Wilmar seharusnya lebih transparan kepada publik.

18 Oktober 2015 | 16.34 WIB

Pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, 30 September 2015. Sumatera Selatan masih menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak mencapai 177 titik. ANTARA/Rony Muharrman
Perbesar
Pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, 30 September 2015. Sumatera Selatan masih menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak mencapai 177 titik. ANTARA/Rony Muharrman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Zenzi Suhadi mengatakan data 27 perusahaan yang diduga terkait pembakaran lahan penyebab kabut asap di Sumatera dan Kalimantan didasari pada presentasi Wilmar Grup di Riau pada Juli 2015 lalu.
“Jadi kami tak sembarangan menuduh, data itu justru daftar anak perusahaan dan penyuplai crude palm oil (CPO) yang diperkenalkan Wilmar sendiri dan kami kroscek di lapangan.” kata Zenzi kepada Tempo via telepon Sabtu, 17 Oktober 2015.

Menurut Zenzi  sebagai pemain terbesar dalam bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia, Wilmar seharusnya lebih transparan kepada publik dan bisa melakukan verifikasi terkait seluruh anak perusahaan dan penyuplai yang terlibat dalam produksi mereka. “Kalau memang data kami tidak benar, kenapa mereka tidak langsung saja verifikasi ke publik? Mereka juga bisa kok menampilkan peta konsesi lahan mereka.”

Zenzi mengingatkan bahwa pada 2013 lalu Wilmar sempat menyampaikan komitmen perusahaan yang menyatakan diri bebas dari pembakaran lahan, sehingga mengherankan jika perusahaan  justru melepas klaim terhadap perusahaan penyuplai tersebut saat titik api mulai bermunculan di 4 lokasi utama kabut asap, yakni Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan. “Kalau sudah go public, Wilmar jelas sudah menjadi bagian dari penyuplai tersebut, karena itu mereka kami sebut terlibat," ucapnya.

Menurut Zenzi seharusnya yang kini diperlihatkan Wilmar Group adalah soal bagaimana mereka akan membersihkan lahan asap tersebut. “Yang terpenting bagi korporasi, di tengah parahnya kabut asap itu adalah tanggung jawab mereka.”

Walhi sudah menelisik identifikasi daftar anak perusahaan CPO Wimar Group sudah  sejak tahun 2013-2014. “Saat muncul titik api atau pun asap di lahan perusahaan tersebut, kami hanya perlu melakukan kroscek terhadap peta konsesi lahan Wilmar yang kali ini kami dapat dari pemerintah. “kata Zenzi.

Dalam konferensi pers Wilmar Jumat lalu, Komisaris Utama Wilmar Group, MP Tumanggor sempat membahas kemungkinan salah paham antara mana kebakaran lahan dan mana pembakaran lahan.

“Sangat sulit memadamkan api di lahan gambut. Di bawah lahan gambut Sumatera terdapat minyak dan lahan gambut Kalimantan dekat dengan kandungan batu bara. Saat disiram, titik api tak akan mati begitu saja.” kata Tumanggor yang tak menginginkan pihak manapun mengambil kesimpulan tantang pelaku pembakaran lahan secara sembarangan.

YOHANES PASKALIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiawan Adiwijaya

Setiawan Adiwijaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus