Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sejumlah pengunjung kecewa Monumen Nasional belum juga dibuka meski pandemi Covid-19 sudah melandai.
Pengemudi delman hingga penjual baju juga berharap Monas buka kembali agar rezeki mengalir lagi.
Penutupan Monas bikin pedagang dan pengemudi delman merugi.Â
JAKARTA — Hamparan awan putih menutupi langit Jakarta sepanjang hari kemarin. Suasana mendung membuat cuaca Ibu Kota lebih adem dari biasanya. Cocok untuk bertamasya. Bayangan pelesiran di Monas tebersit di benak Andra, 38 tahun. Perempuan asal Jember, Jawa Timur, itu datang ke Jakarta pada pekan lalu. Bersama enam sanak saudaranya, Andra menghadiri pernikahan kerabat di Jakarta Barat. Kemarin merupakan hari terakhir di Jakarta, sebelum mereka kembali ke Jember. Sebelum pulang, ke Monas dulu. "Belum ke Jakarta kalau belum ke Monas," kata Andra kepada Tempo, kemarin.
Â
Namun mimpi Andra dan keluarga untuk menginjakkan kaki di ikon Ibu Kota itu sirna. Tugu Monas dan Medan Merdeka masih tutup. Kawasan seluas 80 hektare ini berhenti menerima pengunjung sejak awal masa pandemi pada Maret 2020.
Â
Untuk mengobati rasa getun, Andra berswafoto di luar gerbang Monas. Yang penting, latar belakangnya menampilkan tugu Monas secara utuh. "Lumayan bisa diunggah di media sosial," kata Andra.
Warga berswafoto di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, 26 Mei 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna
Arifin, 26 tahun, juga keki. Ia dan pacarnya, Riska, sudah jauh-jauh berboncengan menggunakan sepeda motor dari Babelan, Kabupaten Bekasi. Mumpung tanggal merah, keduanya ingin bertamasya hingga ke puncak Monas, yang menjulang setinggi 132 meter.
Â
Namun, apa daya, keduanya hanya bisa berfoto dari balik pagar. "Mau bagaimana lagi. Ya, sudah. Kami ingin lanjut pergi ke Kota Tua saja," kata Arifin.
Â
Rahmat, 35 tahun, tidak semudah itu beralih tujuan. Butuh waktu bagi Rahmat untuk menjelaskan kepada kedua anaknya bahwa Monas masih tutup. Untungnya, dua bocah itu mau mengerti. Mereka manut-manut saja saat Rahmat mengajak berkeliling kota naik bus wisata milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Mumpung sudah sampai sini. Semoga dapat duduk di lantai atas," kata dia saat dalam antrean panjang penumpang bus gratis itu.
Â
Hiburan alternatif lain bagi mereka yang sudah telanjur sampai di Monas adalah berkeliling naik delman. Rutenya dari area parkiran IRTI di Jalan Medan Merdeka Selatan, melewat Balai Kota, berputar di Gambir, hingga balik ke IRTI. Jaraknya sekitar 1 kilometer.
Fajar, 34 tahun, membayar ongkos Rp 80 ribu sekali jalan. "Di tempat lain enggak semahal itu," kata dia. "Tapi, apa daya, anak sangat ingin naik delman."
 Â
Yadi, kusir delman di kawasan Monas membantah anggapan harga yang kelewat mahal. Menurut dia, harga tersebut sesuai dengan tarif paguyuban delman di lokasi tersebut. "Rp 100 ribu untuk jarak dekat dan Rp 200 ribu untuk memutar kawasan Monas. Boleh nego," kata pria berusia 42 tahun itu.Â
Â
Yadi dan kawan-kawan ikut kecewa lantaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum juga membuka kawasan Monas. Menurut Yadi, larangan tersebut membuat pendapatannya turun.Â
Â
Saat Monas masih dibuka, delman diizinkan beroperasi di Lapangan Merdeka. "Dulu bisa enam penumpang setiap hari, sekarang satu saja susah," kata pria asli Jakarta itu. Yadi mengatakan ada 30 kusir di kawasan Monas. Hampir semuanya beroperasi saat akhir pekan dan hari libur.Â
Â
Yadi pun berharap pemerintah DKI segera membuka kembali Monas dan Medan Merdeka. "Toh, sekarang sudah aman, enggak ada Covid-19 lagi. Biar yang hidup dari Monas bisa dapat duit lagi," kata dia.
Delman di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, 26 Mei 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna
Keluh kesah juga meluncur dari mulut Maman, penjual baju. Sejak Monas ditutup, pria berusia 45 tahun itu berdagang dengan sepeda motor. Ia memasang gerobak kecil di jok belakang sepeda motornya yang berisi baju warna-warni.Â
Â
Tak lupa ia menempelkan kertas ukuran HVS bertulisan "Rp 50 ribu 3 kaos bebas ukuran". Menurut Maman, inilah cara dia bertahan hidup sejak Monas ditutup lebih dari dua tahun lalu. "Kami hanya punya modal dagangan ini agar dapur tetap ngebul," kata dia.Â
Â
Menurut Maman, kondisi saat ini membaik. Terbukti dari semakin banyak orang yang datang ke Monas meski hanya di luar pagar. Dari situ, pembeli mulai datang. "Dulu saat PPKM level 2 atau 3, jual satu baju saja susah. Belum kucing-kucingan dengan petugas," ujarnya.Â
Â
Walhasil, Maman berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera membuka kembali kawasan Monumen Nasional. Ia yakin Monas akan kembali ramai. "Banyak orang yang kangen jalan-jalan. Kami juga kangen banyak pembeli," kata dia.
Â
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo