Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Pentingnya Anak Mengendalikan Emosi Sejak Dini

Ada sebagian orang tua yang cenderung 'mematikan' emosi anak daripada membantu anak mengenali dan mengatasi emosi mereka

19 Februari 2018 | 10.51 WIB

Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com
Perbesar
Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Remaja umumnya memiliki emosi yang belum stabil. Namun hal ini bisa diminimalisir jika orang tua membekali anak dengan kemampuan mengelola emosi sejak dini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Caranya adalah dengan menerapkan pola asuh yang memberi kesempatan kepada anak untuk mengenali, memahami, mengendalikan, dan mengekspresikan emosi dengan tepat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ada sebagian orang tua yang cenderung 'mematikan' emosi anak daripada membantu anak mengenali dan mengatasi emosi mereka. Misalnya saat anak marah dan menangis, mereka hanya mengatakan, 'Sudah, jangan menangis!’ Orang tua tidak membantu anak memahami emosi mereka—mengapa mereka kesal atau sedih—dan tidak membantu anak mengetahui yang harus dilakukan jika mereka merasa kesal, marah, atau sedih,” ujar psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjodo S.Psi.

Baca juga: Belajar dari Anak

Ketika anak menangis, tanyakan, apa yang membuat mereka menangis. Tawarkan pula solusinya, misalnya dengan mengatakan, “Kamu sedih karena mainan rusak? Nanti Ibu benarkan. Kalau mainanmu sudah benar, kamu tidak sedih lagi, kan?” Anak harus paham. setiap emosi ada penyebabnya dan semua masalah ada solusinya.

Tontonan televisi, permainan, dan lingkungan luar rumah bisa ikut memberi andil dalam membentuk karakter anak yang temperamental, tetapi tidak selalu. “Sesuatu yang dikonsumsi berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan memberikan nilai-nilai yang diserap oleh anak dan diterapkan dalam perilaku mereka, termasuk nilai-nilai kekerasan,” kata Vera.

Ilustrasi anak tantrum/sedih. Shutterstock.com

Ketika anak sering menyaksikan tontonan yang mengandung unsur kekerasan, bisa jadi mereka akan terpengaruh, tetapi bisa juga tidak terpengaruh karena bimbingan yang tepat dari orang tua. 

“Masa paling penting (dalam pembentukan karakter) adalah 5 tahun pertama sampai usia remaja. Tergantung pada lingkungan seperti apa anak tumbuh dan berkembang. Ada juga orang tua yang ada di rumah tapi tidak sepenuhnya hadir untuk anak, sehingga anak lebih banyak menerima pengaruh dari luar rumah,” urai Vera.

Yang sering tidak disadari, terbentuknya karakter anak terkadang dipengaruhi orang tua sendiri. “Contoh langsung dari bagaimana orang tua mengekspresikan emosi dan bagaimana orang tua menyelesaikan konflik dengan orang lain juga akan dipelajari anak,” Vera menambahkan.

Ketika orang tua sering merespons sesuatu dengan marah, anak akan meniru. Reaksi orang tua terekam dalam otak anak sehingga anak menganggap marah adalah reaksi yang wajar ketika emosi mereka tersulut.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus