Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Perawat Hikayat di Aceh

Aceh kehilangan seorang juru bicara. Indonesia kehilangan seorang seniman. Teungku Adnan PMTOH, juru bicara seni bertutur yang terkemuka di Aceh, baru saja wafat pada usia 75 tahun, awal Juli ini. Ia adalah seseorang yang tak kunjung berhenti menghidupkan seni bertutur yang terasa semakin terpinggirkan ini. Wafatnya PMTOH meninggalkan sejumlah kecemasan. Tak ada ahli waris bakat bersyair, berdendang, dan berhikayat yang seperti dia. Regenerasi seni bertutur ini berjalan amat lambat.

Siapa saja yang masih melanjutkan tradisi berhikayat ini? Mengapa tak ada lagi komunitas tukang obat keliling yang pada 1970-an berperan penting mempopulerkan hikayat lama Aceh? Tempo menuliskannya untuk Anda.

24 Juli 2006 | 00.00 WIB

Perawat Hikayat di Aceh
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ia seorang juru bicara, seorang ”penyihir”, se-orang seniman yang tubuhnya begitu liat me-liuk memberikan pesona seni peran. Pada suatu ha-ri, dalam Hikayat Malem Diwa, dia berubah pe-ran dengan begitu sigap. Dengan cepat ia mene-kuk-nekuk mimik wajahnya. Pada lima detik pertama ia mengekspresikan wajah genit. Matanya berkedipkedip. Ia mengenakan sepotong selendang, sebuah wig, dan saat itu Teungku Adnan PMTOH menjelma menjadi Putri Bungsu, putri jelita dari kahyangan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus