Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Perempuan Pengarang dan Kemampuan Menenggang

3 Mei 2004 | 00.00 WIB

Perempuan Pengarang dan Kemampuan Menenggang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kemenangan Dewi Sartika dengan novelnya Dadaisme, Abidah el-Khalieqy dengan novelnya Geni Jora, dan Ratih Kumala dengan novelnya Tabula Rasa dalam Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 tidak pelak lagi semakin menstimulasi ketercengangan publik sastra di Indonesia. Bukan kemenangan itu benar yang menjadi persoalan, melainkan mereka bertiga itu perempuan. Tapi kenapa dengan "perempuan"? Pada 1975, ketika Marianne Katoppo dan Suwarsih Djojopuspito, masing-masing dengan novel Raumanen dan Arlinah, memperoleh hadiah dan penghargaan dalam kegiatan yang sama, ketercengangan serupa itu tidak terjadi. Baru pada 1998, sewaktu Ayu Utami menyabet penghargaan tertinggi atas novelnya yang berjudul Saman, kehebohan akan oposisi lelaki-perempuan, serta perihal konsepsi patriarkis yang konon selama itu ada, menyeruak ke permukaan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus