Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Saran Psikolog Jika Anak Batita Bicara Kasar

Orang tua berdaulat penuh mengarahkan kata-kata anak mereka, termasuk dari pengaruh saudara sekandung.

8 Mei 2017 | 08.08 WIB

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menghadapi anak yang mulai merapal kata kasar terkadang merepotkan dan membuat serba salah. Sebab, anak di usia itu belum dapat dimarahi seperti yang sudah di atas umur 5 tahun. Sebab, anak usia dini masih berada di tahap eksplorasi dan inisiatif.

“Bila anak usia dini terlalu sering dimarahi, dia akan malas dan takut untuk mencoba. Padahal usia mereka berada dalam tahap mencoba hal baru,” ujar psikolog anak dari Lembaga Psikologi Interpsy, Angesty Putri, Rabu 3 Mei 2017.

Bila balita mulai merapal kata kasar, Angesty menyarankan orang tua mulai mengidentifikasi dan mengobservasi kata yang diucapkannya. Khusus untuk anak yang berusia kurang dari 3 tahun, mereka biasanya hanya mengulang kata yang mereka dengar tanpa bermaksud kasar yang sebenarnya.

Sebab, anak yang belum berusia 3 tahun atau batita mendengar kata-kata kasar itu dari saudara atau teman terdekat. “Ketika batita mulai berbicara kasar, perhatikan penggunaannya benar pas atau tidak, dalam situasi apa, dengan siapa, dan bagaimana ekspresinya,” ujar Angesty.

Untuk mengatasi batita yang sering berbicara kasar, orang tua dapat melakukan pengalihan kata secara langsung. Misalnya memadankan dengan kata yang memiliki ejaan hampir sama. “Misalnya kata bego, dapat dialihkan menjadi kata Beo,” ujar Angesty.

Tidak lupa, dalam mengalihkan kata kasar, orang tua memberikan keterangan arti kata padanan. “Seperti, “Beo adalah burung yang memiliki suara indah,” tambah Angesty.

Ketika mendapati batita masih berbicara kasar, orang tua tidak boleh menyalahkan lingkungan di sekitarnya. Orang tua berdaulat penuh mengarahkan kata-kata anak mereka, termasuk dari pengaruh saudara sekandung.

Orang tua juga tidak boleh menyalahkan media atau orang terdekat di luar lingkungan keluarga. “Kalau perlu orang tua mulai membentuk perilaku baru saudara kandung –seperti kakak misalnya, yang kerap menjadi tertuduh dalam mempengaruhi adiknya,” ujar Angesty.

Bila orang tua mengharapkan anak berperilaku sopan, jangan ragu meminta langsung kepada anak. Contoh paling sederhana adalah penggunaan kata tolong dalam setiap kalimat permintaan.

Orang tua dilarang keras mengulang kata kasar yang sudah terlontar dari mulut batita, meski dengan maksud membandingkan kata yang salah dengan kata yang benar. “Kata kasar yang diulang-ulang malah bisa nempel dalam ingatan mereka,” ujar Angesty.

CHETA NILAWATY

Berita lainnya:
Kiat Bersihkan Pecahan Kaca yang Berserakan
Asisten Ungkap Rahasia di Sepatu Jackie Kennedy
Bocah Obesitas Arya Permana Jalani Bedah Bariatrik, Apa Hasilnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus