Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan rumah warga di Perumahan Pesona Serpong RW 8 Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, terendam banjir dari luapan Kali Cisadane pada Rabu dinihari hingga pagi, 22 November 2023. Minimnya sistem peringatan dini dari hulu Sungai Cisadane disinyalir menjadi hambatan penanggulangan banjir di kawasan aliran sungai tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan berharap Pemerintah Provinsi Banten bisa segera turun tangan membantu penanganannya karena banjir terjadi juga di wilayah Tangerang dan Kabupaten Tangerang. “Di aliran Cisadane tidak ada imbauan akan adanya kiriman air dari Bogor, tepatnya di hulu sungai,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Tangerang Selatan, M. Faridzal Gumay, Kamis 23 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas, bagaimana sejarah Sungai Cisadane?
Sejarah Kali Cisadane
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengatakan Sungai Cisadane menyimpan nilai sejarah yang besar. Menurut dia, banyak kapal dagang yang memasuki muara sungai itu pada abad ke-16.
Foto udara menunjukkan Sungai Cisadane yang mengering, di kawasan Pintu Air 10 Tangerang, Jumat, 21 September 2018. TEMPO/Subekti
“Sungai Cisadane memiliki nilai historis yang sangat besar. Menurut catatan sejarah pada abad ke-16, banyak kapal dagang kecil yang berlayar di muara Cisadane di pesisir laut Jawa untuk berlabuh di Tangerang,” ucap Andika dalam sambutannya pada peringatan Hari Sungai Dunia di bantaran Sungai Cisadane, Serpong, Kabupaten Tangerang, Jumat, 24 September 2021, dikutip dari portal Badan Penghubung Daerah Provinsi Banten.
Sementara itu, berdasarkan arsip TEMPO, Selasa, 29 Oktober 2019, keris luk 11 dan sejumlah barang antik sempat ditemukan di Sungai Cisadane. Penemuan itu dinilai dapat mengungkap asal-muasal pembentukan wilayah tersebut.
Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Tangerang, Achmad Syafei, menuturkan bahwa penemuan benda antik merupakan mata rantai pengungkapan sejarah Tangerang.
Sejumlah barang antik yang ditemukan penangkap ikan di dasar Sungai Cisadane, Kabupaten Tangerang, yang sedang kering karena kemarau. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
“Dengan temuan benda-benda ini akan memperkuat deskripsi asal-usul pembentukan Tangerang dan peristiwa bersejarah di Desa Lengkong Kulon,” ucapnya saat meninjau lokasi penemuan keris di Kampung Kyai, Desa Lengkong Kulon, Pagedangan, Senin, 28 Oktober 2019.
Dalam peninjauannya, Syafei mencatat sejumlah temuan barang antik dari dasar Kali Cisadane dan beberapa titik di Desa Lengkong Kulon. “Ada patung naga, pedang, teko, mortir, keris, batu nisan bertuliskan aksara Cina kuno, hingga tusuk konde dan uang logam,” ujar dia.
Pemangku Adat sekaligus Pendiri Balai Adat Kearifan Tangerang, Kanjeng Raden Tumenggung Muklis, menjelaskan bahwa temuan benda antik memang sering terjadi di desa tersebut. “Namun beberapa bulan belakangan ini semakin banyak dan seperti bermunculan,” katanya.
Sebagian benda yang ditemukan, kata Muklis, berkaitan dengan sejarah Kampung Kyai yang erat dengan pusat penyebaran Islam, sejarah Tangerang, serta Peristiwa Lengkong. “Ini sesuai dengan kisah yang dibukukan,” ucapnya.
Penemuan sejumlah mortir, lanjut Muklis, kemungkinan besar berhubungan dengan Peristiwa Lengkong berdarah pada 25 Januari 1946. Lengkong sendiri merupakan tempat bersejarah di Tangerang yang belum banyak terungkap.
“Ditemukannya benda-benda ini (di Kali Cisadane) mendukung pembangunan museum diorama Kabupaten Tangerang dan perubahan Hari Jadi Kabupaten Tangerang, dari awalnya 27 Desember menjadi 13 Oktober,” ujar Muklis.
MELYNDA DWI PUSPITA | TIM TEMPO