Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Senen atau krekot ?

Guna mengatasi kemacetan di jalan kramat raya, pemda dki jakarta akan memindahkan toko onderdil disepanjang ujung jalan itu. tapi pihak pedagang keberatan ditempatkan di lantai 3 proyek senen. (kt)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK perubahan arus lalulintas di sekitar Menteng - dua bulan terakhir ini--kendaraan yang masuk ke Jalan Kramat Raya makin memadat saja. Apalagi setelah diresmikannya pemakaian jalan Rasuna Said -- 3 Mei yang lalu. Kendaraan yang datang dari Kebayoran menuju Senen sudah terbagi di Jembatan Semanggi. Setelah melalui jalan Rasuna Said masuk ke jalan Diponegoro baru terus ke Salemba Raya dan Kramat Raya. Dengan demikian jumlah kendaraan yang masuk Kramat Raya dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya akan lebih banyak. Sebab itu pula pati-pagi Walikota Jakarta Pusat Eddy Djadjang Djajaatmadja sudah mulai menganjurkan pemindahan toko onderdil yang ada di sepanjang uiung jalan Kramat Raya. "Mengingat fungsi utama jalan tersebut untuk kepentingan umum maka seharusnyalah di sepanjang jalan itu hanya terdapat kegiatan usaha yang niatnya tidak menimbuLkan kemacetan liLlulintas", kata Eddy. Setahun yang lalu untuk mengatasi kemacetan di sekitar jalan Kramat Raya telah dipancangkan rambu larangan parkir sehari penuh. Meskipun tak seratus persen dipatuhi oleh para pengunjung pertokoan tersebut, terbukti dari seringnya mobil atau motor yang harus diderek oleh petugas DLLAJR-DKI, arus lalulintas di sekitar jalan tersebut terasa mulai longgar. Namun bagi penduduk yang berada di belakang pertokoan itu tak jarang timbul kesulitan. Sebab jalan-jalan yang dibangun dalam rangka Proyek Husni Tharmrin itu ternyata hanya jadi tempat parkir. Dan pada hari Minggu - larangan parkir hanya berlaku pada hari kerja - jalan Kramat Raya tak salah kalau disebut merupakan jalan terpadat di Jakarta. Banyaknya kendaraan yang parkir di depan toko-toko onderdil itu tak jarang menimbulkan kemacetan. Sedang pada hari-hari kerja, trotoar yang ada di sepanjang toko-toko di sana nyaris tak dapat dilalui pejalan kaki. Karena diisi oleh pedagang kaki lima dan kadang kala juga jadi tempat parkir motor. Ambruk Bagi pedagang onderdil yang sudah membuka usahanya selama puluhan tahun di tempat itu, tawaran walikota agar pindah ke Blok IV lantai 3 Proyek Senen itu, ternyata dirasakan kurang menarik. "Kami khawatir kalau bangunan itu ambruk'', kata seorang pedagang. Karena menurutnya ditempatkannya toko onderdil di lantai 3 Blok IV itu tak tepat, terutama bila mengingat bahwa barang dagangan mereka terbuat dari besi-besi belaka. Meskipun alasan itu terasa dibuat-buat, masalah sewa kontrak yang ditawarkan Badan Pengelola Pusat Pertokoan Senen tak kurang juga menjadi alasan keberatan mereka untuk pindah ke tempat baru tersebut. Sebagai contoh dikemukakannya, untuk sewa kontrak selama 5 tahun dari sebuah kios yang berukuran 2 x 2 meter dengan muka satu harus dibayar Rp.2.858.625 belum termasuk PPN 5O, MPO 2% dan bea materai 0,1%. Sedang yang termahal dengan ukuran yang sama tapi muka tiga sebesar Rp 4.781.700. Dan ini harus dibayar paling lambat akhir Juni yang akan datang, walaupun pertokoan tersebut baru bisa dipakai pada pertengahan Juli. Namun, seperti yang dikatakan Syariful Alam, Kepala Humas DKI, "bila itu sampai mengganggu kepentingan umum Pemerintah DKI bisa saja menggunakan kewenangan yang ada padanya". Misalnya denganmemasang rambu larangan Stop di sepanjang pertokoan jalan Kramat itu.tambahnya. Tapi dari pihak pedagang, kepercayaan bahwa tempat juga membawa rezeki, seperti yang dituturkan seorang pedagang di situ bukan tak mungkin membuat mereka berani bertahan. "Dulu ketika mulai adanya larangan parkir omset penjualan kami merosot sampai 50%, sekarang setelah pembeli mulai terbiasa dengan tidak memarkir kendaraannya di depan toko omset penjualan kami kembali seperti semula", kata pedagang itu juga. Yang pasti menurutnya, "kalau pun disuruh pindah kami tak akan mau ke Proyek Senen". Bahkan banyak di antara merelka yang sekarang sudah memesan tempat di Pusat Pertokoan Jaya Molek, Krekot. "Di sana kami dapat tempat di lantai satu"-, tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus