Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Sroto Klamud, Soto Kelapa Muda

Ada soto yang disajikan dengan batok kelapa, lengkap dengan serabutnya sebagai ganti mangkuk.

4 Oktober 2017 | 11.02 WIB

Sroto Klamud, soto khas Purbalingga, Jawa Tengah yang disajikan menggunakan wadah batok kelapa. TEMPO | BETHRIQ KINDY ARRAZY
Perbesar
Sroto Klamud, soto khas Purbalingga, Jawa Tengah yang disajikan menggunakan wadah batok kelapa. TEMPO | BETHRIQ KINDY ARRAZY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Purbalingga - Bagi masyarakat karesidenan Banyumas, sroto merupakan sebutan lain dari soto. Selain memiliki nama yang unik, hal tersebut berlaku dengan cara penyajiannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sroto pada umumnya menggunakan wadah mangkuk yang berisi irisan ketupat, bihun, taoge, irisan bawang goreng, daging, dan kerupuk. Bahan-bahan itu kemudian disiram dengan kuah kaldu dan ditaburi kacang tanah yang dihaluskan. Di Purbalingga, ada sroto yang disajikan dengan menggunakan batok kelapa, lengkap dengan serabutnya sebagai ganti mangkuk. Sroto kelapa muda ini kemudian populer sebagai kuliner khas Purbalingga dengan sebutan Sroto Klamud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pembuat sroto klamud, Hadiyah Rubi Wahyuni, 39 tahun, mengatakan selain menggunakan wadah dari batok kelapa, ada keunikan lain dari hidangan ini. Sroto klamud tidak menggunakan bihun sebagai isian, melainkan diganti dengan kelapa muda serut. "Sedangkan kuahnya tetap menggunakan kaldu dan tidak ada tambahan air kelapa karena kalau dicampur rasanya agak asam," kata Hadiyah saat ditemui Tempo.

Sroto Klamud, soto khas Purbalingga, Jawa Tengah yang disajikan menggunakan wadah batok kelapa. TEMPO | BETHRIQ KINDY ARRAZY

Hadiyah menjelaskan cara mengolah kelapa muda agar enak disantap sebagai isian sroto. Caranya, garami serutan kelapa muda yang berumur 2 bulan kemudian kukus selama 30 menit. Tujuannya, menurut dia, mengurangi rasa bau kelapa mentah. Hasil dari kukusan kelapa muda ini memberikan cita rasa yang kenyal dan segar pada sroto. "Akan lebih lezat jika ditambahi sambal kacang," katanya.

Ide membuat sroto klamud bermula ketika Hadiyah mendapatkan hasil panen kelapa muda yang berlimpah. Melihat banyaknya batok kelapa yang terserak di rumah, dia berinisiatif membuatnya sebagai mangkuk sroto, dan daging kelapa muda sebagai pengganti bihun.

Satu porsi sroto klamud ayam kampung seharga Rp 18 ribu, sedangkan yang isinya daging sapi atau babat dijual Rp 20 ribu. Buat pelanggan yang enggan bersantap dari wadah batok kelapa, Hidayah juga menyediakan sroto yang tersaji di mangkuk dengan harga Rp 15 ribu. Untuk menjamin higienitas makanan, batok kelapa hanya digunakan sebagai wadah sroto sekali saja. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, saban hari Hidayah membutuhkan 100-200 butir kelapa, dan sekitar 300 butir kelapa di akhir pekan.

Warung sroto klamud Hadiyah terletak di Desa Toyareja, Purbalingga, Jawa Tengah. Kendati harus melewati area persawahan untuk menjangkaunya, banyak pelanggannya yang berasal dari luar kota. Seorang pengunjung, Anton Hermawan, 46 tahun, mengatakan sudah dua kali makan sroto klamud buatan Hadiyah. "Rasanya enak dan unik karena kelapa muda biasanya disajikan sebagai minuman," ujarnya.

BETHRIQ KINDY ARRAZY

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus