Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bojonegoro - Sedikitnya 500 warga yang tinggal sekitar sumur minyak di area Blok Cepu menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan kantor Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis, 18 Agustus 2016. Demonstran memprotes matinya tanaman di persawahan yang diduga akibat panas flare (alat pembakar) yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Warga yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Peduli Panas Flare (AMPPF) itu berasal dari Desa Mojodelok, Kecamatan Gayam. Mereka merentangkan spanduk bernada hujatan dan protes terhadap Exxonmobil, antara lain bertulisan tanduran mati goro-goro Exxon (tanaman mati gara-gara Exxon) dan urip gak ayem goro-goro Exxon (hidup tidak tenteram gara-gara Exxon).
Salah seorang pengunjuk rasa, Nah, 36 tahun, berujar tanaman kedelainya mati akibat flare. Dia meminta ExxonMobil bertanggung jawab dengan memberinya ganti rugi. "Saya minta agar diganti," katanya.
Koordinator pengunjuk rasa, Mustofa, mengatakan tuntutan warga ada empat poin, yaitu ExxonMobil harus bertanggung jawab terhadap panasnya suhu di Mojodelik, buruknya hasil panen warga, bertanggung jawab atas kebisingan suara mesin, dan mendesak Pemerintah Bojonegoro meninjau ulang analisis dampak lingkungannya. ”Karena dampak buruknya langsung ke rakyat,” ujar dia.
Ketua DPRD Bojonegoro Mitroatin turut membubuhkan tanda tangan di atas petisi yang telah disusun warga. Namun Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Agus Supriyanto dan asisten Bupati Bojonegoro Bidang Perekonomian Djoko Lukita menolak menandatangani petisi tersebut. "Kami harus mengkaji dulu sebelum tanda tangan," ujar Agus.
Juru bicara ExxonMobil Rexy Mawardijaya mengatakan pihaknya menghargai penyampaian aspirasi dan informasi warga melalui dialog dan cara damai. Namun dia memastikan bahwa ExxonMobil mengikuti ketentuan yang berlaku selama beroperasi. ”Jadi, rujukannya jelas,” ujarnya.
Menurut Rexy, ExxonMobil masih dalam tahap startup dan commissioning. Dia mengaku selalu berkoordinasi dengan instansi terkait agar kegiatan eksploitasi minyak aman dan efisien. Flare di area Blok Cepu sempat padam pada 28 November 2015 setelah produksi di sumur B oleh ExxonMobil dihentikan. Penghentian itu dilakukan untuk persiapan menjalankan fasilitas pengolahan pusat (central processing facility).
SUJATMIKO
Baca Juga
Dapat Restu Megawati, Langkah Ahok Tersandung DPD PDIP
Jika Mega Dukung Ahok, Begini Cara PDIP Meredam Pembangkang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini