Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Terdampak Pandemi Covid-19, MRT Jakarta Bangun Coworking Space

MRT Jakarta mengubah model bisnis perusahaan akibat pandemi Covid-19 yang dinamakan business beyond normal.

12 Juni 2020 | 09.56 WIB

Prajurit TNI AD (kanan) berjaga menjelang pelaksanaan aktivitas new normal di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Rabu, 27 Mei 2020. ANTARA
Perbesar
Prajurit TNI AD (kanan) berjaga menjelang pelaksanaan aktivitas new normal di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Rabu, 27 Mei 2020. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta mengubah model bisnis perusahaan akibat pandemi Covid-19 yang dinamakan business beyond normal. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengutarakan, pihaknya berencana membangun ruang kerja bersama atau coworking space di stasiun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Kami sedang mengupayakan untuk beberapa ruangan yang ada di stasiun bisa kami manfaatkan sebagai coworking space," kata William saat konferensi pers virtual, Kamis, 11 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT MRT Jakarta tengah meninjau ide bisnis baru ini. William menjelaskan, coworking space di stasiun nantinya dilengkapi dengan fasilitas untuk rapat secara daring atau konferensi video (video conference).

Menurut dia, penyediaan coworking space bisa terwujud setelah Jakarta memasuki masa tatanan hidup normal baru alias new normal. Sebab, saat ini, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlangsung dan masyarakat belum melakukan banyak kegiatan.

Ide ini masuk dalam kategori inovasi bisnis di luar pendapatan tiket atau disebut non-farebox pasca Covid-19. Ada beberapa ide bisnis lain untuk menopang keuangan perusahaan, yakni pemanfaatan website dan media sosial, cashless retail transaction, dan kerja sama pengiriman dokumen serta barang.

Selanjutnya pelatihan daring dan berbagi ilmu kepada UMKM serta startup. BUMD itu juga tengah meninjau bagaimana mengoptimalkan aplikasi sebagai wadah pembelian tiket, media iklan, dan pelayanan lainnya.

"Karena MRT harus mengedepankan layanan yang memastikan aman, nyaman, dan sehat, kami bisa mendorong dari pendapatan non-farebox. Yang akan kami pacu pendapatan non-farebox," jelas dia.

BUMD itu, ucap William, harus tetap menjadi lembaga yang membantu pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik. Namun di sisi lain, lanjut dia, PT MRT Jakarta juga perlu memastikan bisnis perusahaan berjalan dengan baik.

Keuangan PT MRT Jakarta terdampak sejak wabah corona melanda. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah penumpang kereta Ratangga dari rata-rata 109 ribu orang per hari di awal Maret menjadi 4.000 orang per hari sepanjang April. Pendapatan tiket terjun bebas sekitar 95 persen.

Pendapatan non-fare box yang bersumber dari iklan dan sewa lapak UMKM ikut merosot. Dia tak merinci angka penurunan pendapatan ini.

 

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus