Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gelanggang sudah disiapkan, gedung parlemen Senayan, Jakarta—kawasan terbanyak dikunjungi demonstran sejak Presiden Abdurrahman Wahid memerintah pada Oktober 1999. Waktunya pun sudah pasti, Senin 30 April. Saat itu, sebagian besar fraksi hampir pasti akan menjatuhkan memorandum kedua untuk Presiden Abdurrahman. "Pukulan" telak kedua setelah 1 Februari lalu jatuh memo yang pertama. Dan negeri ini—ketika ekonominya payah dan satu dolar Amerika harganya hampir Rp 12 ribu—kembali dibayangi ketidakpastian politik. Seorang presiden yang baru 19 bulan memerintah naga-naganya harus segera "angkat koper" dari Istana.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo