Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Muhammad Syaugi mengatakan pencarian korban menjadi prioritas dalam masa perpanjangan operasi evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sampai tiga hari ke depan, kami maksimalkan itu,” kata Syaugi di Posko Taktis JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Ahad, 4 Oktober 2018.
Prioritas kedua, ujar Syaugi, adalah menemukan Black Box Cockpit Voice Recorder (CVR). Syaugi menyebut CVR perlu ditemukan untuk menambah data yang dapat menguak penyebab pesawat itu jatuh. “Yang utama tetap adalah pencarian korban,” kata Syaugi.
Pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, pada Senin, 29 Oktober 2018. Pesawat jenis Boeing 737 Max8 itu hilang kontak pada pukul 06.32 WIB, atau sekitar 12 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Hari ini tepat tujuh hari operasi pencarian pesawat yang mengangkut 189 penumpang dan awak kabin itu. Berdasarkan hasil evaluasi dan saran dari tim di lapangan, kata Syaugi, pihaknya sepakat memperpanjang masa pencarian selama tiga hari ke depan.
Sejak hari pertama beroperasi, tim SAR gabungan telah menemukan puing pesawat Lion Air JT 610 dalam jumlah yang banyak. Terbaru, Sabtu, 3 Oktober 2018 tim menemukan dan mengangkat satu unit mesin turbin dan satu roda pesawat Lion Air.
Hingga siang ini, tim SAR telah menyerahkan 105 kantong jenazah korban Lion Air jatuh ke Rumah Sakit Polri R Said Soekanto Kramat Jati, Jakarta Timur. Sampai Sabtu malam, sudah ada tujuh korban yang berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification Kepolisian Republik Indonesia (DVI Polri).