Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Tumpahan Minyak Pertamina: Nelayan Menjerit, Mangrove Merana

Bukan cuma ikan dan udang, tumpahan minyak Pertamina juga mengancam 300 ribu batang mangrove (bakau) di pesisir Bekasi.

31 Agustus 2019 | 13.39 WIB

Petugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah di Desa Cemarajaya, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Jumat, 30 Agustus 2019. Pertamina menyatakan sebaran tumpahan minyak mentah sekitar 400.000 meter persegi meliputi Karawang, Bekasi dan Kepulauan Seribu dan masih dikonfirmasi dengan KLHK terkait luas angka yang terus berubah karena angin dan arus air laut. ANTARA
Perbesar
Petugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah di Desa Cemarajaya, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Jumat, 30 Agustus 2019. Pertamina menyatakan sebaran tumpahan minyak mentah sekitar 400.000 meter persegi meliputi Karawang, Bekasi dan Kepulauan Seribu dan masih dikonfirmasi dengan KLHK terkait luas angka yang terus berubah karena angin dan arus air laut. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Nur Ali, nelayan di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, berharap tumpahan minyak Pertamina di laut bisa benar-benar teratasi. Dia berharap bisa segera beraktivitas normal dan melaut lagi. 

"Semoga cepat hilang tumpahan minyak itu, biar ikannya banyak lagi. Terus ganti ruginya cepat dibayarkan juga ke kami," kata Ali, Sabtu 31 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ali adalah satu dari 2.200 nelayan dan petambak di wilayah Kabupaten Bekasi yang terdata terdampak tumpahan minyak Pertamina sejak 21 Juli 2019. Tumpahan itu berasal dari kebocoran di tanjung lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) perairan Kabupaten Karawang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat tumpahan minyak itu sejumlah ikan dan udang di tambak mati dan hasil tangkapan nelayan menurun drastis. Sebagian nelayan yang tak bisa melaut akhirnya menggantungkan pendapatan dari membantu membersihkan tumpahan minyak dengan upah Rp 100 ribu per hari.

Camat Muara Gembong, Junaefi, mengungkapkan kalau total 2.200 nelayan dan petambak itu tersebar di Desa Pantai Bakti dan Desa Pantai Bahagia. Mereka semua disebutkannya berharap ada kompensasi seperti yang pernah dijanjikan Pertamina.

Bukan cuma ikan dan udang, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alipbata, Sonaji, mengatakan tumpahan minyak Pertamina juga mengancam 300 ribu batang mangrove (bakau). Sonaji mengaku telah meninjau dan mendata langsung ke lokasi terdampak tumpahan minyak itu di antaranya Pantai Muara Bungin dan Pantai Beting, Desa Pantai Bahagia.

Batang pohon, katanya, ditemukan dalam kondisi sobek, terkelupas, hingga melepuh terkena panas minyak. Sedangkan daun mangrove menjadi layu dan mengering. "Karena saat malam air pasang sehingga daun mangrove seluruhnya terendam air laut yang telah terkontaminasi tumpahan minyak itu," kata Sonaji menjelaskan. 

Akibat insiden itu obyek wisata hutan mangrove Muara Gembong yang biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan disebutnya berubah menjadi sepi pengunjung. "Kami meminta kepada pihak berwenang terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini," katanya sambil menerangkansebagian pohon itu atau 59.597 batang merupakan sumbangan perusahaan dan sukrelawan selama empat tahun terakhir. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus