Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Viral Penyebab Suhu Dingin, Ini Pemaparan BMKG Apa Itu Aphelion

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan soal suhu udara dingin di Dieng, Bandung, Sukabumi Malang dan kaitan dengan aphelion

7 Juli 2018 | 10.15 WIB

Pesona Dieng saat musim kemarau ditandai dengan munculnya kabut tipis yang disebut ampak-ampak oleh warga setempat, (12/8). Kabut itulah yang nantinya akan menjadi embun upas atau butiran salju karena suhu bisa menembus nol derajat celcius. (Aris Andrianto/Tempo)
Perbesar
Pesona Dieng saat musim kemarau ditandai dengan munculnya kabut tipis yang disebut ampak-ampak oleh warga setempat, (12/8). Kabut itulah yang nantinya akan menjadi embun upas atau butiran salju karena suhu bisa menembus nol derajat celcius. (Aris Andrianto/Tempo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menjelaskan bahwa penyebab suhu udara dingin di beberapa daerah seperti Dieng, Bandung Sukabumidan Malang tidak ada kaitannya dengan fenomena aphelion.

Pada musim kemarau suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan puncak kemarau periode Juli – Agustus.
Baca : Suhu Udara Menurun Akibat Aphelion? Ini Penjelasan BMKG

Berdasarkan pengamatan BMKG di seluruh wilayah Indonesia selama 1 hingga 5 Juli 2018, suhu udara kurang dari 15 derajat Celcius tercatat di beberapa wilayah yang seluruhnya memang berada di dataran tinggi atau kaki gunung seperti Ruteng (NTT), Wamena (Papua), dan Tretes (Pasuruan), dimana suhu terendah tercatat di Ruteng (NTT) dengan nilai 12 derajat Celcius pada tanggal 4 Juli 2018.

Sementara itu untuk wilayah lain di Indonesia selisih suhu terendah selama awal Juli 2018 ini terhadap suhu terendah rata-rata selama 30 hari terakhir ini tidak begitu besar.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo sebenarnya fenomena aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. “Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia” ungkap Mulyono kepada Tempo Sabtu 7 Juli 2018.
Baca : Viral Suhu Dingin karena Aphelion, Ini Penjelasan Lapan

Padahal pada faktanya, kata Mulyono penurunan suhu di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di daerah Jawa, Bali, NTB, dan NTT kandungan uap di atmosfer cukup sedikit.

Hal ini terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir. “Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas." ucap Mulyono. 

Dia menyampaikan rendahnya kandungan uap di atmosfer ini menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan. “Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan” papar dia.
Simak juga : Kali Besar di Kota Tua Dibuka, Sandiaga Harap 1.200 Ladang Kerja Baru

Menurut Mulyono pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah monsoon dingin Australia semakin signifikan. 

“Berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT,” tuturnya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

Pada saat puncak kemarau, memang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering, yang sempat dikait-kaitkan aphelion. “Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa” ucap dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus