Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Warga Kapuk Muara yang Hidup di Atas Tumpukan Sampah Kerap Dapat Janji Palsu para Caleg

Puluhan tahun warga RT. 17, RW. 04, Kapuk Muara, puluhan tahun hidup di atas tumpukan sampah

28 Juni 2023 | 21.30 WIB

Tumpukan sampah di kolong permukiman warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 28 Juni 2023. Foto: TEMPO/Mirza Bagaskara
Perbesar
Tumpukan sampah di kolong permukiman warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 28 Juni 2023. Foto: TEMPO/Mirza Bagaskara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara puluhan tahun hidup di atas tumpukan sampah. Mereka kerap didatangi para calon anggota legislatif (caleg) jelang pemilihan umum yang menjanjikan akan membawa perubahan di kehidupan mereka jika terpilih. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ninu, 52 tahun, salah seorang warga setempat menyebut para caleg itu datang, tapi sekadar umbar janji belaka. Jelang Pemilu 2024, sudah ada beberapa caleg yang datang ke lingkungannya. Namun, ia enggan membeberkan secara rinci identifikasi para caleg tersebut. "Sudah ada tiga atau empat," kata Ninu saat ditemui di rumahnya pada Rabu, 28 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para caleg, kata Ninu, datang untuk memberikan beragam janji perbaikan untuk warga. Namun, menurut dia, tidak ada satupun janji para politisi itu yang dipenuhi usai mereka terpilih menjadi anggota dewan. "He-he-he, gitu, deh," ujar dia.

Salah satunya, Ninu mengatakan, pada pemilu lalu seorang caleg berjanji akan membuatkan jalan yang layak menuju kampung mereka. Namun, hingga kini jalan menuju kampung mereka masih berupa tanah merah berdebu.

"Katanya jalan di situ, kan, kalau hujan becek, ya, di lapangan depan. Katanya mau diuruk, mau dibaguskan, biar enggak becek, tapi nyatanya enggak," kata Ninu.

Selain itu, para politikus kerap menjanjikan akan mendirikan posyandu, tapi tidak pernah terealisasi dari beberapa pemilu dilewati. Ninu mengatakan warga saat ini memanfaatkan depan rumah ketua RT setempat untuk lokasi posyandu meski ala kadarnya.

"Dulu, kan, di sini pernah, tuh, minta ke caleg bangun posyandu, kan, selama ini gak ada," ujar dia.

Bahkan, kata Ninu, para caleg datang sambil memberikan sembako, tapi dengan persyaratan tertentu. Misalnya, kata dia, caleg meminta fotokopi KTP apabila ingin mendapat bansos dari si caleg.

"Tapi enggak saya ladenin. Dia kasih sembako, tapi, kan, tukeran KTP fotokopi. Kumpulin itu foto KTP-nya. Makanya saya kalau sama warga sini, ‘kalau bukan saya yang mintain, jangan, ya’. Pada nurut," kata Ninu yang berperan sebagai PKK di lingkungannya.

Oleh sebab itu, Ninu mengatakan warga di sekitar sudah antipati apabila ada caleg yang berusaha masuk ke kampungnya. "Makanya sekarang kalau ada caleg masuk, males, ah. Sudah berapa ada yang mau masuk, tapi enggak deh," ujarnya.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus