Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara puluhan tahun hidup di atas tumpukan sampah. Mereka kerap didatangi para calon anggota legislatif (caleg) jelang pemilihan umum yang menjanjikan akan membawa perubahan di kehidupan mereka jika terpilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ninu, 52 tahun, salah seorang warga setempat menyebut para caleg itu datang, tapi sekadar umbar janji belaka. Jelang Pemilu 2024, sudah ada beberapa caleg yang datang ke lingkungannya. Namun, ia enggan membeberkan secara rinci identifikasi para caleg tersebut. "Sudah ada tiga atau empat," kata Ninu saat ditemui di rumahnya pada Rabu, 28 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para caleg, kata Ninu, datang untuk memberikan beragam janji perbaikan untuk warga. Namun, menurut dia, tidak ada satupun janji para politisi itu yang dipenuhi usai mereka terpilih menjadi anggota dewan. "He-he-he, gitu, deh," ujar dia.
Salah satunya, Ninu mengatakan, pada pemilu lalu seorang caleg berjanji akan membuatkan jalan yang layak menuju kampung mereka. Namun, hingga kini jalan menuju kampung mereka masih berupa tanah merah berdebu.
"Katanya jalan di situ, kan, kalau hujan becek, ya, di lapangan depan. Katanya mau diuruk, mau dibaguskan, biar enggak becek, tapi nyatanya enggak," kata Ninu.
Selain itu, para politikus kerap menjanjikan akan mendirikan posyandu, tapi tidak pernah terealisasi dari beberapa pemilu dilewati. Ninu mengatakan warga saat ini memanfaatkan depan rumah ketua RT setempat untuk lokasi posyandu meski ala kadarnya.
"Dulu, kan, di sini pernah, tuh, minta ke caleg bangun posyandu, kan, selama ini gak ada," ujar dia.
Bahkan, kata Ninu, para caleg datang sambil memberikan sembako, tapi dengan persyaratan tertentu. Misalnya, kata dia, caleg meminta fotokopi KTP apabila ingin mendapat bansos dari si caleg.
"Tapi enggak saya ladenin. Dia kasih sembako, tapi, kan, tukeran KTP fotokopi. Kumpulin itu foto KTP-nya. Makanya saya kalau sama warga sini, ‘kalau bukan saya yang mintain, jangan, ya’. Pada nurut," kata Ninu yang berperan sebagai PKK di lingkungannya.
Oleh sebab itu, Ninu mengatakan warga di sekitar sudah antipati apabila ada caleg yang berusaha masuk ke kampungnya. "Makanya sekarang kalau ada caleg masuk, males, ah. Sudah berapa ada yang mau masuk, tapi enggak deh," ujarnya.
Pilihan Editor: Politikus PSI Sidak ke Rumah DP Nol Warisan Anies Baswedan Setelah Heboh Salah Satu Unit Disewakan