Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor- Jenazah Covid-19 yang tertukar di Kota Bogor yang viral belakangan ini, adalah pasien konfirmasi positif dengan komorbid atau penyakit bawaan. Hal itu dikatakan oleh DF, 24 tahun, putri bungsu dari jenazah tertukar W, 44 tahun.
DF mengatakan sepekan sebelumnya ibunya meninggal dengan konfirmasi Covid-19, dirawat di rumah sakit umum daerah Kota Bogor karena fasilitas kesehatan di sekitar domisilinya tidak memiliki dokter spesialis penyakit tak biasa ibunya itu. “Itu alasan Mama dirawat di RSUD Kota Bogor,” kata DF, Selasa, 5 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah mendapat perawatan, ibunya sempat membaik dan kembali pulang. Namun, pada 25 Desember, ibunya merasakan sakit lagi dan dirujuk lagi ke RSUD Kota Bogor.
Senin, 28 Desember, W akan menjalani tes swab untuk mengantisipasi terpapar Covid-19 dan perawatannya dipindah ke ruang isolasi Batutulis. Namun hingga meninggalnya, kata DF, pihak keluarga belum menerima hasil uji swab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Rabu jam 00.05, kami diberi tahu bahwa Mama meninggal. Masih berpiyama saya sama kaka berlima ke RSUD Kota Bogor untuk memastikan info itu.”
Sesampainya di RSUD Kota Bogor, DF belum bisa melihat jenazah ibunya dan disarankan menemui Bagian Humas. DF beserta keluarga mengikuti arahan, mereka menunggu hingga pukul 07.28 tapi belum juga menemukan titik terang.
Petugas forensik keluar membawa peti jenazah dan menyebut itu adalah jasad ibunya, kaget bukan kepalang saat dibuka bukan ibunya, melainkan jenazah berkumis. “Untung kami meminta melihat almarhumah, kalau tidak, gak tau siapa nanti yang kami iringi kepergiannya dengan doa,” kata DF sambil tersedu.
Akibat tertukar itu, DF mengatakan meminta kepada pihak RSUD untuk membawa mereka ke ruang isolasi memastikan sendiri jenazah ibunya untuk dibawa. Karena protokol kesehatan, DF hanya diberi gambar atau foto saja oleh petugas untuk memastikan.
Hal mengecewakan lainnya adalah ketika DF dan keluarga harus kembali menunggu lama hingga pukul 10.00. Padahal, informasi yang dia peroleh jenazah pun tidak boleh lebih dari 4 jam pemulasaraannya. “Sebetulnya banyak hal yang mengecewakan soal pelayanan RSUD, namun yang fatal itu menunggu lama dan tertukarnya jenazah almarhum,” kata DF.
DF mengatakan semula tidak ada niat untuk membagikan ceritanya. Namun pada saat menerima surat kematian ibunya, ia kembali melihat pihak RSUD membuat kelalaian lagi. Sehingga ia membagikan membagikan videonya, agar menjadi perhatian serius pemerintah dalam melayani masyarakat dan memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi.
“RSUD sudah mengaku salah dan meminta maaf, kami maklum dan memahami.” DF berharap kejadian yang menimpa keluarganya tidak menimpa orang lain. “Saya ingin masyarakat dilayani dengan baik.”
Humas RSUD Kota Bogor Taufiq Rahmat mengatakan kasus tertukarnya jenazah Covid-19 lantaran tenaga kesehatan terbatas dibandingkan dengan 1800 jenazah yang ditangani.