Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Perang Ukraina: Diplomat Rusia mengundurkan diri, malu atas invasi yang dianggap 'aib yang berdarah dan tidak berakal'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Seorang diplomat Rusia mundur dari jabatannya sebagai bentuk protes atas perang "berdarah dan tidak berakal" yang "dilancarkan oleh Vladimir Putin melawan Ukraina".

Boris Bondarev, yang dalam LinkedIn-nya tercantum bekerja untuk PBB di Jenewa, mengatakan kepada BBC bahwa dia tahu keputusannya untuk berbicara mungkin bisa membuat Kremlin menganggapnya pengkhianat.

Baca Juga:

Namun, dia tetap pada pernyataannya, yang menggambarkan perang itu sebagai "kejahatan terhadap rakyat Ukraina" dan "rakyat Rusia".

Moskow belum berkomentar atas hal itu.

Baca juga:

Baca Juga:

Rusia telah menindak orang-orang yang kritis atau menyimpang dari narasi resmi seputar perang di Ukraina, yang diklaim Kremlin sebagai "operasi militer khusus".

Dalam surat yang diunggah di media sosial dan dibagikan kepada sesama diplomat, Bondarev menjelaskan bahwa dia telah memilih untuk mengakhiri 20 tahun pengabdiannya karena dia tidak bisa lagi "berbagi aib yang berdarah, tidak berakal, dan sama sekali tidak perlu ini".

"Mereka yang memikirkan perang ini hanya menginginkan satu hal - tetap berkuasa selamanya," tulisnya.

"Untuk mencapai itu, mereka rela mengorbankan nyawa sebanyak-banyaknya," lanjutnya. "Ribuan orang Rusia dan Ukraina telah mati hanya karena ini."

Dalam surat itu dia juga menuduh Kementerian Luar Negeri Rusia, tempat bekerjanya dulu, lebih tertarik pada "kebohongan dan kebencian" daripada diplomasi.


Analysis box by Steve Rosenberg, Russia editor BBC

Ketika surat pengunduran dirinya tersebar, dia mengeluarkan pernyataan yang tajam.

Diplomat Boris Bondarev tidak menahan kritiknya terhadap Presiden Putin, Menteri Luar Negeri Lavrov, dan serangan Rusia di Ukraina.

"Perang agresif, kejahatan paling serius, penghasutan perang, kebohongan dan kebencian."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata-kata seperti itu sangat jarang terdengar dari seorang pejabat Rusia. Dalam tiga bulan sejak Vladimir Putin meluncurkan apa yang dia sebut "operasi militer khusus" di Ukraina (yang oleh sebagian besar dunia disebut perang Rusia), hanya sedikit perbedaan pendapat terbuka di lembaga-lembaga resmi Rusia.

Apakah hal ini memalukan bagi pemerintah Rusia? Sangat. Sebab, unsur-unsur pemerintahan di Rusia diklaim sepenuhnya mendukung keputusan Presiden Putin untuk menginvasi Ukraina.

Namun, pengunduran diri Bondarev tidak secara otomatis berarti banyak lagi yang akan menyusul. Bondarev mengaku kepada saya bahwa dia adalah minoritas. Dia percaya, untuk saat ini, sebagian besar pejabat di Kementerian Luar Negeri Rusia mendukung pernyataan pemerintah dan mendukung 'operasi khusus' Kremlin.


Kepada BBC, Bondarev mengatakan "belum melihat alternatif" selain mengundurkan diri: "Terus terang saya tidak berpikir ini akan mengubah banyak hal, tapi saya pikir mungkin langkah ini seperti satu batu bata kecil yang bakal menjadi tembok yang lebih besar, yang pada akhirnya akan berdiri juga. Saya harap begitu."

Bondarev mengungkap bahwa invasi itu awalnya disambut oleh rekan-rekannya dengan "kebahagiaan, kegembiraan, euforia", pada kenyataannya Rusia telah "mengambil beberapa langkah radikal".

"Sekarang mereka kurang senang, karena kami menghadapi beberapa masalah, terutama masalah ekonomi," katanya kepada BBC. "Tetapi saya tidak melihat mereka akan bertobat dan mengubah pandangan.

"Mereka mungkin menjadi sedikit kurang radikal, kurang agresif sedikit. Tapi tidak damai," katanya.

Sebaliknya, Bondarev mengatakan dalam surat terbukanya bahwa dia "tidak pernah merasa semalu ini" terhadap negaranya seperti pada saat dimulainya invasi pada 24 Februari lalu.

Tidak jelas apakah dia adalah diplomat pertama yang mengundurkan diri dari misi tersebut, meskipun tidak ada orang lain yang berbicara secara terbuka.

Bondarev menyadari bahwa Moskow sekarang akan melihatnya sebagai pengkhianat, tetapi dia menekankan bahwa dirinya tidak "melakukan sesuatu yang ilegal".

"Saya baru saja mengundurkan diri dan mengutarakan pemikiran saya," katanya. "Tapi saya pikir saya harus mengkhawatirkan keselamatan saya."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada