Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Terperangkap serangan Israel di sebuah rumah sakit di Gaza, orang-orang mempertaruhkan nyawa untuk membantu yang terluka

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Composite image showing Nasser hospital and rescue of injured man by medical staff BBC

Menjelang matahari terbit pada Sabtu, 10 Februari silam, suara tembakan sudah terdengar menggema.

Dokter Amira al-Assouli berada di gedung bersalin Rumah Sakit Nasser ketika dia mendengar seorang pria meneriakkan syahadat, pernyataan iman Islam, tepat di bawah jendelanya.

Baca Juga:

"Ada orang yang terluka," kata orang-orang yang mulai berteriak.

Assouli berlari menuruni tangga dan mencapai orang yang terluka itu. Namun orang tersebut sudah kehilangan nyawanya.

Ibrahim Salama juga mendengar teriakan itu. Dia tinggal di tenda di halaman rumah sakit dan keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Baca Juga:

"Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang panas di kaki saya dan saya terjatuh," katanya.

"Saya melihat kaki saya - rasanya sangat berat dan saya melihat banyak darah."

Dokter Assouli kembali mempertaruhkan nyawanya. Video yang direkam oleh seorang warga menunjukkan dia melepas jaketnya dan berlari dengan kepala menunduk ke Ibrahim.

"Saya tidak ragu," katanya kepada BBC.

Ibrahim ingat Dokter Assouli meletakkan tangannya di dadanya dan menyatakan: "Dia hidup. Dia hidup."

Peringatan: Artikel ini berisi detail yang mungkin mengganggu sebagian pembaca.

BBC telah menghabiskan beberapa pekan terakhir untuk menelisik yang terjadi di Rumah Sakit Nasser, salah satu rumah sakit terbesar dan tersibuk di Gaza. Rumah sakit itu berhenti beroperasi usai serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Februari lalu.

Pada Selasa, 12 Maret lalu, kami mengungkap tuduhan dari para staf medis yang mengaku ditahan, dipukuli dan dipermalukan oleh pasukan IDF selama penggerebekan. Laporan itu mendorong pemerintah Inggris untuk meminta jawaban dari Israel.

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Israel mempunyai "tanggung jawab moral" untuk menyelidiki laporan-laporan yang kredibel mengenai pelanggaran atau pelanggaran hukum kemanusiaan.

Kini, melalui kesaksian para saksi dan analisis rekaman video yang terverifikasi, kami dapat menunjukkan bagaimana hari-hari menjelang penggerebekan tersebut terjadi.

Para petugas medis, pasien, dan pengungsi sipil yang berlindung di luar pintu masuk utama menggambarkan bagaimana mereka terjebak karena siapa pun yang mencoba bergerak akan ditembak oleh pasukan Israel.

BBC telah memverifikasi rekaman 21 insiden tembakan atau dampaknya yang difilmkan dari dalam halaman rumah sakit. BBC telah mengkonfirmasi penembakan terhadap tiga orang di sana.

Kami membagikan temuan kami secara rinci kepada IDF, sekaligus mengajukan pertanyaan tentang operasi mereka di Rumah Sakit Nasser.

Israel telah berulang kali menuduh milisi Hamas menggunakan rumah sakit dan pusat kesehatan sebagai tempat persembunyian senjata dan pusat komando.

Mereka juga menuduh Hamas dan organisasi bersenjata lainnya telah menggunakan rumah sakit di Gaza untuk menyembunyikan sandera yang culik dari permukiman Israel pada 7 Oktober 2023.

Baca juga:

IDF mengatakan kepada BBC bahwa ada "pertempuran aktif di daerah tersebut" pada hari-hari sebelum pasukannya memasuki rumah sakit Nasser. Mereka membuat klaim bahwa "tembakan tepat" telah ditembakkan ke arah milisi Hamas yang mereka sebut teroris, yang teridentifikasi di sekitar lokasi itu.

Begitu masuk ke rumah sakit Nasser, klaim IDF, pasukan mereka menemukan obat-obatan yang ditujukan untuk sandera Israel serta senjata. Para sandera yang dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada bulan November mengaku dikurung di sejumlah kamar di sana.

Sharon Aloni Cunio membuat klaim dia dibawa ke Nasser dengan ambulans dan disamarkan dengan pakaian tradisional Arab. Sementara itu suaminya, yang masih berada di Gaza, dibaringkan di bawah selimut agar terlihat seperti mayat.

Pasangan itu, bersama dua anak mereka yang masih kecil dan sandera lainnya, menghabiskan waktu berminggu-minggu di sebuah ruangan kecil di lantai pertama rumah sakit. Di lokasi itu, tumpukan kotak memisahkan bagian penyanderaan dari ruangan lain rumah sakit, kata Sharon.

Ada juga yang menceritakan pengalaman serupa saat ditahan di rumah sakit. Sang sandera menggambarkan penderitaan ketika mereka dikurung di kamar. Mereka harus mengetuk pintu untuk diantar ke toilet. Mereka mengaku takut karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka.

Mereka yang kami ajak bicara di rumah sakit, termasuk petugas medis internasional yang tinggal dan bekerja di sana sejak perang dimulai, mengatakan tidak ada kehadiran pejuang Hamas yang mereka sadari.

Setelah penggerebekan tersebut, IDF mengatakan sekitar 200 tersangka teroris telah ditahan, termasuk beberapa yang "menyamar sebagai petugas medis".

Model of Nasser hospital buildings and forecourt area where people shot at BBC

Pada hari-hari sebelum penggerebekan, ketakutan di Nasser semakin meningkat. Hampir semua orang yang kami ajak bicara yang berada di rumah sakit saat itu percaya bahwa penembak jitu dan drone IDF menargetkan orang-orang yang bergerak di antara gedung-gedung di lokasi rumah sakit atau berdiri di dekat jendela.

"Mereka mengepung rumah sakit dengan tank, dengan buldoser, quadcopter di angkasa, penembak jitu ada di mana-mana," kata Dokter Mahmoud Shammala, 26 tahun, seorang ahli bedah mulut dan rahang atas.

"Kami tidak bisa berdiri di dekat jendela karena jika kami berdiri di dekat jendela, kami akan tertembak di kepala atau bahkan dada atau bahkan bahu.

"Pengeboman juga terjadi di mana-mana… Itu adalah masa-masa yang sangat sulit, terutama di hari-hari terakhir itu," tuturnya.

Orang-orang di halaman rumah sakit hanya memiliki sedikit perlindungan dari tembakan.

"Banyak pengungsi yang tinggal di kompleks tersebut berjalan normal dan mereka menjadi sasaran," kata dokter lainnya, Mohammed Harara.

"Kami sampai pada titik di mana kami tidak dapat menjangkau orang-orang yang terluka. Jika Anda ingin pergi membawa seseorang yang terluka ke dalam, itu seperti mengorbankan atau membahayakan diri sendiri," ujarnya.

"Banyak orang mencoba pergi untuk menyelamatkan saudara, kerabat, siapa pun yang mereka kenal, siapa pun yang terluka. Mereka menjadi sasaran langsung ketika mencoba menghubungi mereka," tuturnya.

Ketika ditanya tentang laporan penembakan terhadap orang-orang di dalam Nasser, IDF menjawab bahwa mereka hanya melepaskan "tembakan tepat ke arah teroris" yang diidentifikasi di sekitar kompleks rumah sakit.

Pada tanggal 8 Februari lalu, seorang perawat, Hazim Abu Omar, ditembak dan terluka saat sedang bertugas di dalam departemen operasi.

Beberapa orang yang dihubungi BBC merujuk pada kejadian tersebut, termasuk dua dokter yang mengatakan bahwa mereka berada di ruangan saat itu.

Video yang dibagikan secara online oleh seorang dokter menunjukkan perawat yang terluka itu dilarikan ke ruang operasi dengan berjalan kaki. Dia tampak mulai kehilangan kesadaran ketika rekan-rekannya berjuang untuk melepaskan pakaiannya yang berlumuran darah.

Mustahil menentukan siapa yang melepaskan tembakan. IDF tidak memberikan jawaban atas hal ini.

Pada hari yang sama, sebuah video memperlihatkan orang-orang berpakaian sipil menggunakan sistem katrol untuk memberikan air kepada sekelompok orang yang berkumpul di dekat halaman sekolah di dekat rumah sakit.

Ketika seorang pria mencoba menyeberang jalan, terdengar suara tembakan keras. Peluru itu tidak mengenainya. Analisis BBC terhadap audio tersebut menunjukkan bahwa tembakan itu ditembakkan di dekat lokasi video tersebut direkam: di gerbang utara rumah sakit.

Dalam video lain yang diunggah ke media sosial hari itu, dengungan drone terdengar di langit saat orang-orang bergerak melewati halaman rumah sakit karena ketakutan.

Ibrahim Salama tertembak di kedua kakinya ketika dia keluar rumah pada 10 Februari untuk melihat siapa yang berteriak. Rasa sakitnya, kata Ibrahim kepada BBC, tidak terbayangkan.

Saat dia terbaring di tenda sambil berlumuran darah, seorang dokter yang terlalu takut untuk mendekat memanggilnya dan menyuruhnya untuk terus berbicara.

Dokter itu berusaha memastikan Ibrahim tidak kehilangan kesadaran. Yang lainnya berdiri membeku, merekam video dan mengambil foto dengan ponsel mereka.

Dokter Assouli tiba di sisi Ibrahim setelah dia terbaring di sana selama sekitar satu jam. Assouli dan petugas medis lainnya menaikkan Ibrahim ke dalam tandu dan membawanya ke dalam rumah sakit.

Sebuah video dari hari yang sama menunjukkan seorang pria merangkak di tanah ketika ia mencoba menjangkau orang yang terluka atau meninggal yang tergeletak beberapa meter dari halaman rumah sakit.

Jenazah yang sama terlihat masih tergeletak di sana dalam sebuah video yang diunggah sehari kemudian. Video itu menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang merasa cukup aman untuk keluar ke untuk mengevakuasi jenazah itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami tidak bisa berpindah dari satu gedung ke gedung lain. Penembak jitu akan menembak siapa saja yang bergerak di halaman rumah sakit. Tidak ada yang bisa keluar dari gedung," kata Dokter Mohammed Moghrabi dalam video yang diunggah di Instagram hari itu.

Pada tanggal 11 Februari, dua potongan rekaman terpisah menunjukkan jenazah tergeletak di tanah antara gedung utama rumah sakit dan gerbang jalan al-Dahra.

Dokter Harara mengatakan jenazah bisa bertahan dalam posisi ini selama empat atau lima hari. Pada saat yang sama, kucing dan anjing memakan jenazah itu.

BBC telah memverifikasi rekaman jenazah yang dibiarkan membusuk di tanah, di dekat gerbang. Kucing terlihat merangkak di atas mayat.

Maps showing where bodies were left in street outside Nasser hospital BBC
Pria dengan tangan terangkat sedang memeriksa jenazah di samping gerbang rumah sakit.

Kekacauan dan kebingungan di Nasser semakin meningkat pada tanggal 13 Februari ketika seorang pria yang diborgol dan mengenakan pakaian putih dengan sepotong kain kuning diikatkan di kepalanya masuk dan memerintahkan agar orang-orang keluar.

Penelusuran BBC, dia diidentifikasi oleh orang-orang di rumah sakit sebagai Jamal Abu al-Ola, seorang pria Palestina yang dirawat di rumah sakit tersebut. Dia menghilang sehari sebelumnya. Pakaian terusan yang dikenakannya sama dengan yang dikenakan pria lain yang ditahan IDF.

Saksi mata mengatakan dia masuk rumah sakit tiga kali pada hari itu. Dia mengikuti rute yang tepat dengan drone di atasnya.

Kali kedua dia masuk rumah sakit, tampak ada luka di wajahnya.

"Dia berbicara dengan cara yang tidak wajar. Dia sangat takut dengan semua yang mereka (IDF) katakan kepadanya," kata Dokter Harara kepada BBC.

"Ibunya ada di sana dan pada saat itu dia mengatakan kepadanya 'tolong datang dan tinggal bersama kami, jangan kembali demi mereka'.

"Dia mengatakan kepada ibunya 'Saya harus kembali, saya tidak bisa tinggal.' Dia mengatakan jika dia tidak kembali, mereka akan masuk ke dalam dan mereka akan membunuhnya dan mereka akan mengeksekusi keluarganya," ujar Dokter Harara.

Pada kesempatan ketiga, saat dia meninggalkan rumah sakit, saksi mata mengatakan dia ditembak mati.

"Laki-laki itu dieksekusi di depan mata kami. Di depan para pengungsi dan di depan ibunya," kata seorang pengungsi yang tinggal di halaman rumah sakit kepada BBC.

Tak seorang pun yang diajak bicara BBC mengetahui dari mana peluru itu berasal. IDF tidak menanggapi pertanyaan BBC tentang kematian Jamal, namun sebelumnya mengatakan bahwa "insiden tersebut" sedang ditinjau.

Dokter di Nasser melaporkan lebih banyak penembakan di halaman rumah sakit pada hari itu. Dokter Khaled Serr mengunggah video ke Instagram, mengatakan bahwa dua anak laki-laki ditembak saat bermain.

Dalam catatan suara yang dibagikan kepada BBC itu, Dokter Khaled mengatakan tiga warga sipil ditembak di depan gerbang rumah sakit.

"Salah satu dari mereka ada peluru di dalam perutnya," katanya.

Foto masing-masing anak laki-laki, menurut Dokter Khaled, diambil saat mereka bermain sama dengan video yang diunggah seorang jurnalis yang berada di kompleks Nasser.

Kami tidak dapat mengkonfirmasi secara independen keadaan penembakan tersebut.

Pada hari yang sama, sebuah tank merobohkan sebagian tembok yang mengelilingi kompleks Nasser. Perintah agar warga meninggalkan wilayah tersebut disampaikan melalui pengeras suara di kendaraan militer Israel.

"Segera keluar... Mereka yang tidak mau keluar mempertaruhkan nyawanya. Semua yang ada di dalam rumah sakit, segera keluar," sebuah pesan terdengar dalam bahasa Arab.

Pada tanggal 14 Februari, sebuah drone berputar di atas Rumah Sakit Nasser. Sebuah suara memerintahkan semua orang untuk pergi dan bahwa serangan Israel akan segera dimulai.

Ibrahim keluar rumah sakit dengan bantuan tongkat. Dia melihat "tubuh manusia di mana-mana" dan beberapa "jenazah dimakan kucing". Saat dia keluar melalui pos pemeriksaan Israel, dia mengatakan dia melihat banyak orang di sekitarnya ditahan.

Images showing Nasser hospital in March 2024 and how it looked in December full of people taking shelter BBC
Potret kondisi di luar unit gawat darurat di Nasser, tempat ribuan pengungsi berkemah sebelum serangan Israel pada bulan Februari lalu.

Saat Ibrahim berhasil melarikan diri, keadaan di Rumah Sakit Nasser semakin mencekam.

Pada dini hari tanggal 15 Februari, sebuah peluru menghantam bagian ortopedi, menewaskan satu orang, menurut manajer umum rumah sakit, Atef al-Hout.

Terkait peristiwa itu, IDF membuat klaim bahwa sebuah "peluru nyasar" telah mereka tembakkan ke sasaran militer dan secara tidak sengaja mengenai sebuah bangunan di dalam rumah sakit. Namun mereka tidak menyebut secara spesifik bangunan mana yang mereka maksud.

Sebuah video menunjukkan petugas medis yang masih berada di rumah sakit menarik korban luka dari sebuah ruangan yang telah menjadi puing-puing.

Dan mereka yang memilih keluar dari bangunan itu menghadapi jalan yang tidak aman.

BBC memverifikasi rekaman Dokter Harara di antara sekelompok orang yang diserang sekitar 2 kilometer dari rumah sakit. Saat itu mereka tengah menuju ke selatan, dari Khan Younis menuju kota Rafah pada 15 Februari.

Dokter Harara terlihat berteriak minta tolong sambil secara panik memasang perban ke kaki wanita yang terluka.

Dalam potongan video selanjutnya, Dokter Harara terlihat terbaring di belakang mobil yang terhempas dari tempat kejadian ketika terdengar ledakan keras lainnya.

Dalam video lain, sekelompok pria, beberapa di antaranya mengenakan pakaian medis, melarikan diri ketika satu dari mereka melangkah ke jalan dan ditembak.

Di Rumah Sakit Nasser, suara tembakan terdengar sebelum seorang pria yang terluka merangkak masuk melalui pintu di gedung darurat. Dia terseret ke lantai saat darah mengucur dari lukanya dan mengerang kesakitan.

Mereka yang tetap tinggal di rumah sakit antara lain pasien yang tidak bisa bergerak, pengungsi yang tidak punya tempat tujuan, dan petugas medis yang merasa berkewajiban untuk tetap tinggal.

"Di mana saya bisa mengungsi dengan suami penderita diabetes yang harus memiliki kamar mandi di sebelahnya, dan harus menggunakan alat bantu jalan. Saya tidak bisa tinggal di tenda atau di atas pasir, jadi saya tetap tinggal di sana," kata seorang perempuan kepada BBC.

Selama pengambilalihan rumah sakit oleh Israel, mereka yang tetap bertahan hidup dengan makanan dan air yang terbatas, berwudhu menggunakan cairan dari infus medis dan hidup dalam kondisi sempit dan tidak sehat setelah dipindahkan ke satu gedung. Mereka takut ditembak jika kembali ke halaman.

IDF membuat klaim, operasi mereka di Nasser dilakukan dengan "cara yang tepat dan fokus, menciptakan kerusakan minimal pada aktivitas rumah sakit yang sedang berlangsung, dan tanpa merugikan pasien atau staf medis".

Pada tanggal 16 Februari, pasukan Israel memaksa petugas medis di rumah sakit itu telanjang dan berlutut dengan tangan di belakang kepala. Mereka memerintahkan itu di depan tenda, tempat Ibrahim ditembak hampir seminggu sebelumnya. Banyak petugas medis yang kemudian ditahan.

Dua hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Rumah Sakit Nasser lumpuh alias tidak lagi berfungsi. IDF mengakhiri operasi mereka di sana pada 25 Februari.

Dalam pernyataannya, IDF membuat klaim, "Pasukan IDF memberi rumah sakit ratusan jatah makanan dan generator alternatif yang memungkinkan rumah sakit untuk terus berfungsi dan merawat pasien di dalamnya."

Setelah operasi Israel berakhir, para dokter yang tinggal di Nasser mengatakan bahwa rumah sakit tersebut dijarah oleh warga Gaza setempat dan mereka melarikan diri.

"Mereka mengambil segalanya: makanan, air, obat-obatan, baterai. Mereka lapar. Mereka membutuhkan apa saja," kata Dokter Hatem Raba.

Ketika BBC mengunjungi rumah sakit tersebut pekan ini, bangsal yang sempat dipenuhi pasien masih kosong. Hanya beberapa pengungsi saja yang berada di lokasi tersebut.

"Saya adalah orang sakit yang memiliki penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes - saya tidak bisa pergi," kata seorang pria lanjut usia kepada BBC.

"Saya tinggal di sini dan menunggu belas kasihan Tuhan, baik saya hidup atau mati."

Inside Nasser hospital, March 2024 BBC
Potret kondisi bagian dalam Rumah Sakit Nasser pada bulan Maret.
Short presentational grey line BBC

Liputan tambahan oleh Muath Al Khatib dan jurnalis BBC Arab, Soha Ibrahim

Verifikasi video oleh jurnalis BBC Verify, Richard Irvine-Brown

Produksi visual oleh Gerry Fletcher, Lilly Huynh dan Zoe Bartholomew.

.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada