Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un "tetap menginginkan" agar pertemuan puncak dengan Presiden As Donald Trump di Singapura harus dilanjutkan, demikian lapor media pemerintah Korut.
Sebelumnya, Trump membatalkan rencana pertemuan puncak dengan Kim Jong-un, yang sedianya digelar di Singapura pada 12 Juni.
Namun demikian, Sabtu (26/05), Trump kemudian mengatakan bahwa rencana pertemuan itu "belum berubah" dan dirinya masih berharap pertemuan masih bisa digelar.
Dan seperti dilaporkan kantor berita resmi Korut, KCNA, pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan juga bersepakat untuk "sering bertemu".
- Presiden Trump batalkan pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara
- 'Bodoh dan dungu,' kata Korea Utara tentang pernyataan wapres AS Mike Pence
- Trump sebut pertemuan dengan Kim Jong-un di Singapura mungkin batal
Pernyataan terbaru pemimpin Korea Utara ini muncul setelah Presiden Korsel, Moon Jae-in diundang dan bertemu Kim Jong-un, Sabtu (26/05).
Pertemuan mendadak Moon dan Kim
Dalam pertemuan mendadak itu, menurut Juru bicara Presiden Moon, terjadi dialog "terbuka" antara kedua pemimpin yang berlangsung sekitar dua jam.
Pertemuan kedua yang digelar di zona demiliterisasi di perbatasan kedua negara ini, sepertinya, sebagai upaya agar rencana pertemuan puncak pemimpin AS-Korea Utara itu berada di jalurnya kembali.
"Mereka menyatakan akan sering bertemu untuk membuka dialog terkait upaya bersama bagi upaya penghapusan program nuklir di semenanjung Korea," lapor KCNA.
Dikatakan, Kim Jong-un telah berterima kasih kepada Moon Jae-in karena "telah banyak berusaha" untuk mengatur pertemuan puncak Korut-AS di Singapura dan "menyatakan keinginan tetapnya" bahwa pertemuan itu akan terjadi.
Kim dan Moon dilaporkan juga bersepakat untuk menggelar pertemuan tingkat tinggi lebih lanjut pada Jumat, tetapi tidak dijelaskan rinciannya.
AS kirimkan tim ke Singapura
Sementara itu, Gedung Putih menegaskan, Sabtu (26/05), bahwa mereka akan mengirimkan tim yang terdiri dari sejumlah pejabat untuk berangkat ke Singapura pada akhir pekan ini, sebagaimana dijadwalkan semula, untuk mempersiapkan kemungkinan digelarnya pertemuan puncak tersebut.
Sejak awal AS menuntut agar Korea Utara mengakhiri sepenuhnya program senjata nuklirnya.
Korea Utara telah melakukan enam kali uji coba nuklir sejak 2006 dan sejumlah tes rudal balistik antar benua yang secara teoritis dapat mencapai teritori AS.
Namun demikian, para ahli meragukan kemampuan Korea Utara membuat hulu ledak nuklir untuk program rudalnya.
Korea Utara berulangkali dikenai sanksi internasional sejak 2006, yang berdampak pada nilai ekspor dan membatasi impor minyak dari negara-negara lain.
Para ahli meyakini tekanan ekonomi yang ditimbulkan dari sanksi itu telah mendorong Kim Jong-un untuk membuka dialog.