Inspektur jenderal polisi Ghana memerintahkan sebuah penyelidikan terhadap dugaan pemerkosaan terhadap seorang anak perempuan berusia empat tahun setelah muncul kecaman dari berbagai kalangan.
Orangtua anak perempuan itu mengatakan kepala polisi lokal mengatakan tidak dapat melakukan apapun karena para 'dewa komunitas' tersebut menganggap tersangka tidak bersalah.
Banyak kalangan mengatakan kasus tersebut menggambarkan sebuah budaya yang melindungi para pelaku serangan seksual.
Polisi lokal juga diselidiki atas tuduhan tak mampu menangani insiden tersebut.
- 100 Women: Pengalaman korban perkosaan saat melapor ke polisi
- Tito Karnavian: Korban perkosaan bisa ditanya oleh penyidik 'apakah nyaman' selama perkosaan?
- Tito Karnavian: Korban perkosaan bisa ditanya oleh penyidik 'apakah nyaman' selama perkosaan?
Kepala polisi Ghana David Asante-Apeatuhas telah memanggil komandan Wilayah Pusat untuk dimintai keterangan setelah muncul kecaman publik yang mengkritik penanganan yang dilakukan kepolisian terhadap kasus tersebut.
Sejak melakukan serangan dua pekan yang lalu, tersangka berusia 18 tahun itu tidak ditahan seperti dilaporkan oleh wartawan BBC di ibukota Accra, Thomas Naadi.
Kasus itu telah menimbulkan kekhawatiran, yang banyak disampaikan melalui radio dan percakapan di media sosial dengan tagar #JusticeForHer yang menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di media sosial.
Kemarahan juga ditujukan terhadap sikap pemimpin tradisional terhadap dugaan perkosaan tersebut.
Sumbangan yang dikumpulkan untuk operasi rekonstruksi anak tersebut telah mencapai lebih dari RP 54 juta ($4,000) melalui situs GoFundMe yang dibuat oleh seseorang di AS. Kini, anak perempuan itu telah keluar dari rumah sakit.
Dalam program radio Focus on Africa di BBC, Angela Dwamena-Aboagye, seorang kuasa hukum dan juru kampanye pemberdayaan perempuan, mengatakan bahwa penanganan kasus perkosaan ini oleh polisi itu tidak cukup dan "merendahkan".
Dalam sebuah petisi online yang ditujukan oleh jaksa agung Ghana, menyerukan untuk mengakhiri campur tangan pemimpin tradisional dalam kasus perkosaan. Penggagas petisi Yemisi Parker-Osei di Accra menyebutkan selama ini bantuan medis dan pendampingan hukum bagi korban perkosaan di Ghana "sepenuhnya tergantung pada status ekonomi dan sosial keluarganya".