Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Korea Utara ubah materi propaganda: 'Semua poster anti-AS di Pyongyang sudah dicabut'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Propaganda Korut DPRKToday
Poster ini menyuarakan bahwa "perang" tidaklah bermanfaat dan bakal merugikan siapapun yang terlibat di dalamnya.

Korea Utara tampaknya telah mengubah tekanan pada materi propagandanya dalam beberapa bulan terakhir.

Spanduk dan poster yang dipajang di ibukota dan kota-kota lainnya, selama ini menampilkan sosok AS sebagai penjajah yang brutal dan Korsel atau Jepang sebagai antek Washington.

Baca Juga:

Namun demikian, sejumlah pengunjung di negara itu mengatakan telah melihat poster-poster itu digantikan oleh propaganda yang isinya mendorong kemajuan ekonomi dan upaya mendekatkan antara Korsel-Korut.

Beberapa surat kabar terkemuka yang selama ini dikontrol ketat oleh negara juga memperlihatkan adanya pergeseran pada materi beritanya.

Perkembangan terbaru di Korut ini dianggap sebagai awal yang tidak terlepas dari mencairnya hubungan diplomatik negara itu dengan AS dan Korsel belakangan ini, yang ingin ditonjolkan kepada rakyatnya.

AS bukan lagi musuh?

Baca Juga:

Sebagian besar warga Korea Utara memiliki akses sangat sedikit terhadap informasi, sehingga media dan propaganda negara memiliki dampak yang jauh lebih besar jika dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Dengan menempatkan AS sebagai musuh, propaganda yang sering muncul menggambarkan bahwa negara itu siap mengirim rudal nuklir dan bala tentaranya untuk menyerang AS.

Poster-poster itu diciptakan untuk melahirkan patriotisme, membangun rasa percaya diri dan menekankan bahwa perjuangan ditujukan demi kejayaan bangsa.

Propaganda Korut Peter Ward
Poster-poster ini menyuarakan "balas dendam kesumat" dan penghancuran bagi AS.

"Poster-poster penuh kemarahan biasanya mengemuka ketika terjadi persoalan pelik di tingkat internasional," kata Andray Abrahamian dari Griffith University kepada BBC.

"Tapi biasanya materi poster-poster seperti itu akan perlahan-lahan hilang saat ketegangan mereda."

Jadi, ketika suasana di tingkat internasional mengarah kepada hubungan yang positif, maka penekanan pada materi propaganda otomatis akan mengikuti trend seperti itu.

Propaganda Korut DPRKToday
Poster-poster ini menanggapi KTT Korut-Korsel dengan menyuarakan perdamaian dan penyatuan kedua negara.

Setelah sempat dibayangi-bayangi ancaman perang, Korea Utara menggelar pertemuan bersejarah dengan Korea Selatan dan AS.

Mereka kemudian berjanji - meskipun dalam istilah yang samar - untuk menghapus program senjata nuklirnya dan sepakat merajut perdamaian.

Seorang pemandu turis di Korut, yang menemani sebuah kelompok wisata yang mengunjungi negara itu, mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, materi propaganda telah diubah.

Sebagai ganti terhadap materi yang memojokkan AS, saat ini mereka memilih menitikberatkan kepada pesan-pesan yang lebih positif, misalnya dengan memuji Deklarasi Panmunjom yang ditandatangani dalam KTT antar Korea.

"Semua poster anti-Amerika yang biasanya saya lihat di sekitar alun-alun Kim Il-sung dan di toko-toko, kini diganti semuanya," kata Rowan Beard, manajer Young Pioneer Tours, kepada kantor berita Reuters.

"Selama lima tahun bekerja di Korea Utara, saya belum pernah melihat poster-poster itu dicabut."

Tentu saja, poster-poster baru sama banyaknya dengan propaganda lama, tetapi isinya lebih menyoroti tema yang berbeda: reunifikasi Korea, kemajuan ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perubahan seperti ini mengikuti logika: Apabila perundingan dengan Korsel dan AS dianggap sebagai awal kemungkinan kerjasama di masa depan, maka dua eks musuh bebuyutan itu harus ditampilkan dengan cara yang lebih netral.

Kalau tidak, mengapa Kim Jong-un dapat duduk bersama dan berunding dengan para pemimpin negara-negara itu? Begitulah logikanya.

"Pyongyang membutuhkan suasana damai dan poster semacam itu akan membantu menciptakannya," kata Fyodor Tertitskiy dari NK News.

Bahkan pernak-pernik anti-Amerika yang dulunya dijual kepada turis sebagai suvenir mulai diubah.

Misalnya, Anda tidak akan dapat lagi menemukan kartu pos, poster atau perangko yang menggambarkan rudal Korea Utara yang diterbangkan untuk menerjang Washington.

"Sekarang, semuanya telah dihilangkan," kata Simon Cockerell, manajer di Koryo Tours, kepada Reuters.

Breaking with tradition

Perubahan itu juga terlihat dari kebijakan redaksi surat kabar Korut terkemuka, Rodong Sinmun.

Selama ini, tidak ada kebebasan pers di Korea Utara. Semua media dikontrol ketat dan segala sesuatu yang diterbitkan atau disiarkan akan diperiksa secara ketat agar sesuai kebijakan pemerintah.

Koran-koran di Korut selama ini secara teratur melaporkan segala sesuatu yang negatif tentang AS, misalnya, menggambarkan Washington sebagai musuh dengan memperlihatkan keterlibatan AS dalam berbagai konflik dunia, seperti di Suriah.

Tetapi menjelang pertemuan pada 12 Juni lalu antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump, surat kabar yang biasanya mengkritisi AS kemudian menahan diri untuk menyerang negara adidaya itu.

Sejak KTT tersebut, surat kabar itu menampilkan liputan besar-besaran dari pertemuan itu, dan merayakan Kim sebagai negarawan dunia yang menyuarakan perdamaian.

Seperti bertolak belakang dengan kebiasaan media Korut, TV dan surat kabar mereka melaporkan perjalanan Kim baru-baru ini - ke Cina dan Singapura - dalam waktu yang hampir bersamaan, padahal sebelumnya, akan membutuhkan waktu berhari-hari bagi warga Korut untuk membacanya.

Halaman pertama Rodong Sinmun Rodong Sinmun
KTT pemimpin Korut dan AS di Singapura dilaporkan setiap hari.

"Saat ini, AS digambarkan seolah-olah negara yang normal," jelas Peter Ward, ahli dan penulis mengenai Korea Utara untuk NK News.

"Semua referensi yang menganggap semua tindakan AS sebagai tindakan bermusuhan, kini menghilang dari tampilan media Korut."

Bahkan, menurut Peter Ward, media di Korut menampilkan laporan yang "netral" perihal keputusan AS keluar dari Dewan HAM PBB.

"Ini sangat menarik," dia menjelaskan. "Secara umum, liputan netral atau positif biasanya dikenakana pada negara-negara yang memiliki hubungan bersahabat dengan Pyongyang."

Dengan perubahan yang sejauh ini ditunjukkan Korea Utara mengenai materi propagannya, masih belum jelas apakah akan berlangsung selamanya atau sesaat.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada