Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Foto-foto palsu di buku yang diluncurkan militer Rohingya

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
FAKE PHOTOS Reuters

Foto hitam putih kabur, bagian dari buku mengenai krisis Rohingya yang dipublikasikan militer Myanmar, menunjukkan seorang pria memegang garpu tanah berdiri dekat dua mayat.

Keterangan foto menyebutkan bahwa kedua mayat yang adalah kaum Buddha Myanmar dibunuh secara brutal oleh kaum Rohingya.

Baca Juga:

Buku itu menyebut Rohingya sebagai orang "Bengali" - merefleksikan sebuah persepsi umum bahwa anggota komunitas Rohingya adalah orang asing, imigran dari Bangladesh, dengan budaya dan bahasa yang berbeda.

Foto itu muncul di bagian buku yang memaparkan kerusuhan etnis di Myanmar pada tahun 1940an.

Namun kantor berita Reuters menelisik bahwa foto itu sebenarnya diambil saat perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971, yang menyebabkan ratusan ribu orang Bangladesh tewas dibunuh pasukan Pakistan.

Baca Juga:

Foto itu dan dua foto lainnya dimasukkan ke buku yang diterbitkan bidang kehumasan dan perang psikologis militer Myanmar pada bulan Juli.

Foto hitam putih lainnya di buku salah memberikan keterangan tentang pengungsi Bengali yang masuk ke Myanmar saat pendudukan kolonial Inggris di Myanmar yang berakhir pada 1948.

Padahal foto aslinya adalah foto berwarna pemenang penghargaan Pulitzer yang menunjukkan pengungsi Hutu yang meninggalkan Rwanda pada 1996 karya Martha Rial.

FAKE PHOTOS Reuters

Ada juga foto hitam putih yang di buku disebutkan sebagai kaum Bengali memasuki Myanmar dengan kapal laut.

Ternyata foto itu diambil dari situs Getty Images - dibalik dan dijadikan hitam putih dari versi aslinya - yang sebenarnya menunjukkan kaum Rohingya dan migran Bangladesh yang berusaha meninggalkan Myanmar ke Malaysia dan Thailand pada 2015.

Reuters memeriksa sebagian foto di buku dengan menggunakan Google Reverse Image Search dan TinEye, perangkat yang biasa digunakan kantor berita untuk mengidentifikasi foto-foto yang telah muncul di online.

Kebanyakan dari 80 foto yang dimasukkan di buku itu adalah foto-foto pemimpin militer Min Aung Hlaing bertemu pejabat asing atau pejabat lokal yang mengunjungi Rakhine. Sebagian adalah screengrab dari video-video yang diposting kelompok militan Rohingya ARSA (Arakan Rohingya Salvation Army).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari delapan foto yang disebut sebagai foto-foto bersejarah, tiga dibuktikan palsu, dan lima lainnya belum dapat ditentukan.

Banyak kredit foto di buku diberikan ke unit informasi militer yang dijuluki "True News" (Berita Benar).

"True News" kerap menyebarkan berita akan perspektif militer, kebanyakan lewat Facebook, sejak krisis Rohingya dimulai.

FAKE PHOTOS Reuters

Buku 117-halaman yang berjudul "Myanmar Politics and the Tatmadaw: Part I" menjelaskan narasi pihak militer pada Agustus tahun lalu, saat 700 ribu kaum Rohingya meninggalkan Rakhine menuju Bangladesh.

Tatmadaw adalah sebutan resmi militer Myanmar.

Lewat buku ini, militer menyangkal semua tuduhan kekerasan yang dilakukan ke "teroris Bengali" yang menurut mereka sedang merencanakan pendirian negara bagian Rohingya yang disbeut "Arkistan."

Dalam bagian pembukaan, penulis Letnan Kolonel Kyaw Kyaw Oo mengatakan buku itu disusun menggunakan "foto-foto dokumenter" untuk "menunjukkan sejarah kaum Bengali."

"Dapat ditemukan bahwa kapan saja terjadi perubahan politik dan atau konflik etnis bersejata terjadi di Myanmar, para kaum Bengali itu mengambilnya sebagai kesempatan," tertulis di buku itu.

Kyaw Kyaw Oo tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Buku ini dijual di toko-toko buku yang tersebar di Yangon.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada