Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Rupiah melemah, bisnis oleh-oleh haji di Tanah Abang lesu

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Idul Adha telah berlalu dan para jemaah haji asal Indonesia mulai kembali ke daerah masing-masing. Bagi sebagian jemaah, kurang pas rasanya jika belum membawa oleh-oleh dari Tanah Suci. Meski demikian, ada pula yang membeli buah tangan dari Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Di kawasan Tanah Abang, tepatnya di Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Kebon Jati, Anda bisa menjumpai deretan kios oleh-oleh haji yang menjual beragam produk, semisal kurma yang jenis dan asalnya sangat beragam.

Baca Juga:

Fadqul Ulum, salah seorang penjual oleh-oleh haji di Jalan Kebon Jati, menjelaskan bahwa kurma ada yang dari Arab Saudi bahkan Israel.

"Rata-rata yang dicari pembeli memang kurma, buat oleh-oleh. Kurma jenisnya banyak. Dari Saudi, Tunisia, Israel, sebagian Iran. Beda-beda harganya dan beda kualitas. Misalnya, kurma Madinah ini kurma nabi, kualitasnya terbaik. Per-kilonya tergantung ukurannya. Kalau ukuran nomor dua 250 ribu, 350 ribu yang nomor satu, yang sedangnya 300 ribu," papar Fadqul.

Selain kurma, lapak-lapak penjual oleh-oleh haji juga menjual berbagai keperluan salat hingga air zam-zam.

Baca Juga:

Rifqi, pemilik toko di Jalan Kebon Jati, mengaku paling banyak menjual sajadah.

"Kalau udah sajadah biasanya pembeli lanjut ke peci, ke sorban, parfum. Zamzam itu sendiri ada dua. Yang per satu liter dan per lima liter. Yang lima liter itu kan galon besar, kita biasa jual 450 ribu tapi untuk yang satu liter kita biasa jual 100 ribu," kata Rifqi.

Untuk memudahkan pembeli, dia juga menyediakan paket oleh-oleh.

"Kita jual paket satu kotak yang kisarannya 25 ribu. Udah ada kacangnya, udah ada kormanya, udah ada zamzamnya, sama tasbih biasanya."

Bisnis lesu

Walau barang yang ditawarkan beragam dan saat ini merupakan masanya jemaah haji kembali dari Tanah Suci, bisnis oleh-oleh haji tengah lesu.

Selama beberapa belas menit berbincang di deretan toko, tidak ada satu pun pengunjung yang datang. Hal ini sudah pasti berdampak ke omzet toko.

"Omzet biasanya 10 juta per hari, tapi keadaan sepi begini bisa cuma lima juta. Kasarnya yah, lebih mudah dapat 10 juta per hari waktu bulan haji tahun lalu daripada tahun ini," ungkapnya.

Keadaan ini, menurut Rifqi, diperparah dengan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melemah.

"Tahun ini agak kurang karena kan ekonominya juga lagi kacau nih berantakan. Dollar, tadi baru ngecek 14.900, udah hampir 15 ribu. Itu tuh sangat pengaruh karena beberapa barang kita ada yang impor," bebernya.

Barang-barang tersebut mencakup sajadah dari Turki serta sorban dari India dan Pakistan.

Masalahnya, di saat nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sedang melemah, barang-barang impor itu harus dibeli dari pemasok dengan tunai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Ada beberapa merek sajadah yang pemasoknya tidak mau menggunakan tempo, harus cash, di depan pembayarannya. Kalau zamzam itu cash. Nyambut haji ini kita stoknya agak banyak. Itu sih pasti puluhan juta," papar Rifqi.

Modal mengendap

Memperoleh barang dagangan dengan tunai bukan berarti tanpa risiko. Modal yang digunakan untuk membeli barang dagangan akan mengendap tanpa bisa diputarkan jika pengunjung sepi seperti sekarang. Padahal, modal yang dikeluarkan tergolong besar.

Fadqul Ulum, penjual oleh-oleh haji di Jalan Kebon Jati, mengaku bermodal uang sebesar Rp200 juta.

"Itu belum sewa toko ya," katanya.

Barang dagangan yang mengendap tanpa bisa dijual juga menyimpan risiko kerugian lebih besar, kata Mia yang berdagang bersama Rifqi.

"Kalau untuk peci, sajadah, modelnya dari tahun ke tahun tuh nggak terlalu banyak perubahan. Jadi kalau tahun ini nggak laku masih bisa tahun depan. Yang memang agak susah di kurma sebab kurma ini kan bisa basi, bisa busuk, bisa juga timbul binatang. Itu dia yang sebenarnya bikin rugi," jelasnya.

'Harga tak jauh berbeda'

Setelah lebih dari setengah jam berbincang dengan para pedagang, muncul seorang pembeli oleh-oleh haji.

Khusnul Khotimah, namanya. Perempuan dari Kebayoran Lama ini sengaja menyambangi Tanah Abang untuk membeli oleh-oleh haji, menyambut kedatangan suaminya yang baru saja menunaikan ibadah haji di Arab Saudi.

Rencananya, oleh-oleh itu akan dibagikan ke sanak saudara dan tetangga yang berjumlah 100 orang.

"Saya beli kurma, air zamzam, hena, kacang, kerudung, sajadah. Ini hari kedua saya ke sini. Sama kemarin, kira-kira saya habis empat juta sampai lima jutaan," kata Khusnul.

Mengapa tidak membeli oleh-oleh di Saudi?

"Kalau dari Saudi mungkin berat bawanya ke sini. Beli di sini, nggak perlu nenteng berat-berat. Soal harga, hampir sama. Beda yah berapa ribu gitu," ujar menutup pembicaraan.

Khusnul pergi membawa dua kantong plastik berukuran besar. Wajahnya semringah.

Adapun para pedagang di belakangnya kembali termenung, menunggu pembeli.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada